MENATA HATI BEKAL MENJELANG MATI


Menjadi manusia normal sungguh sulit dan berat. Ini karena manusia dianggap kuat mengemban amanah kerasulan sepanjang masa. Ia dianggap khalifah yang mampu menjadi pilar tegaknya kebenaran, keadilan dan keindahan.

Dalam sejarah, sebelum amanah ini diberikan kepada manusia Tuhan sudah terlebih dulu menawarkan kepada semua jenis makhluk di muka bumi. Ternyata, semua mahluk mengakui dirinya tidak mampu menggenggam amanah. Kecuali, satu makhluk yang konon memiliki unsur paling lengkap di jagad raya: Manusia.

Karena sudah ketiban sampur memegang amanah inilah, manusia harus mampu mengolah dirinya sedemikian rupa agar mampu melaksanakan dengan seefektif dan seefisien mungkin. Pikirannya harus terus berkarya kreatif untuk keberlanjutan kehidupan bumi, berpikir positif, jangan berbuat kerusakan, hatinya selalu menep dan santun untuk terus menyapa dan berasyik masyuk dengan Gusti Allah.

Dalam diri manusia ada unsur cipta, rasa dan karsa. Ketiganya menjadi alat manusia untuk meraba pergelaran alam semesta ini. Ini alat canggih yang tidak dimiliki oleh malaikat, jin, maupun seonggok batu yang tentu saja juga merupakan makhluk Tuhan.

Manusia perlu menganggap alam semesta sebagai teman dan sahabat, jangan berdiri di atas alam semesta dengan angkuh, congkak dan sombong dan merasa gumede, adigang adigung adiguna. Sikap menganggap diri lebih hebat derajatnya daripada alam semesta akan membawa pada eksploitasi alam. Alam dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga akhirnya rusak.

Sehebat apapun manusia mengolah alam agar lestari, pada kenyataannya masih lebih baik bila alam melestarikan dirinya sendiri. Kini, tugas kita adalah menggenggam dan meneruskan amanah kekhalifahan yang mampu menjadi pilar tegaknya kebenaran, keadilan dan keindahan di alam semesta. Sebuah tugas berat dan mulia…

Setidak-tidaknya bila belum mampu berbuat baik, ya jangan berbuat kerusakan. Sebagaimana tahapan awal seorang sufi menempuh salik, yaitu berkhalwat, uzlah. Memisahkan diri dari manusia dengan tujuan menyadari kekotoran dirinya dan agar masyarakat tidak terkotori oleh tangan-tangan jahatnya.

Manusia… manusia… usiamu sangat pendek di dunia, tata hatimu sebagai bekal menjelang mati.

Categories: MENATA HATI | 13 Komentar

Navigasi pos

13 thoughts on “MENATA HATI BEKAL MENJELANG MATI

  1. lor Muria

    Woooow belum ada komentar….????
    Kata KangBoed: Pertamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaxxxxxxxx
    komennya entar, baca2 dulu….aja.
    Salam Sihkatresnan

  2. Yth Ki Lor Muria, iya benar ki. Kang Boed itu hebat lho! Dia bersemangat menyebarakan kasih sayang di antara kita semua. KIta bisa belajar dari Kang Boed yang tidak enggan beranjangsana untuk bersilaturahim, sekaligus belajar dan terus belajar. Salut Kang Boed!!!

  3. lor Muria

    KangMas Wong Alus Yth
    Saya kok dipanggil Ki sih.. lha wong saya ini masih remaja je..
    masih bau kencur..hehehehe…saya masih butuh NGANGSU kawruh yang banyak dari Pondoknya KangMas Wong Alus.
    Jika ada YM dan berkenan sy beranikan diri untuk memohon agar supaya bisa NGANGSU secara langsung…..hihihii… YM saya Lormuria
    Salam Asah Asih Asuh
    Salam SihKatresnan
    dari diri yang Faqir

  4. Yth.Sedulur Sejatiku Tunggal-Sikep…mas Alus
    Kaping pisan aku nyuwun sepura dhisik

    Bab Menata-Hati…
    Arep ditata neng endi…
    Jaman saiki…isine hati anane mung CULAS, DENDAM, DENGKI, IRI, KEJI, SREI…lan mbuh apa maneh

    Berkoar RASA ning ora ngerti tur TANPA-RISI,…
    Kabeh wis lali karo Pitutur-Leluhur AJA-DUMEH, AJA-GUMUNAN,MIKUL-DHUWUR MENDHEM-JERO…..

    Salam Ing Sejatine Seduluran
    Bakuh-Kukuh-Utuh NKRI
    Samin adalah Sikap

  5. Ratu suci

    ki wong alus yth,

    secara fitrah diri , keinginan untuk mempunyai hati yg tertata besar sekali
    akan tetapi sifat – sifat negatif manusianya sering muncul juga.

    gimana caranya agar bisa selalu eling lan waspada (bahasanya ki sabda langit ) atau hati selalu tertata dengan apik, rapih , resik , dst…

  6. lor Muria

    @SikapSamin
    Saya setuju Panjenegan:
    Bab Menata-Hati…
    Arep ditata neng endi…
    Jaman saiki…isine hati anane mung CULAS, DENDAM, DENGKI, IRI, KEJI, SREI…lan mbuh apa maneh

    Berkoar RASA ning ora ngerti tur TANPA-RISI,…
    Kabeh wis lali karo Pitutur-Leluhur AJA-DUMEH, AJA-GUMUNAN,MIKUL-DHUWUR MENDHEM-JERO…..
    ——————————–
    Akan tetapi jangan pesimis dulu…. masih ada kok yang Hatinya Halus Baik saling mengingatkan, menyebar kasih sayang dsb….contohnya….ini yang punya Pondok ini dan juga Pondok2 lain yang biasa KangMas SikapSamin kunjungi….

    Ada memang yang berkoar RASA tanpa mengerti dan telah merasakan rasa /kosong tanpa isi, tetapi ada juga yang karena memang “Tugas” dia harus mengumbar kata2 RASA sebagaimana Mengumbar Kata2 SAYANG CINTA KASIH, Salam Sejati atau apa, mau lihat contohnya……KangMas Sendiri sebagai contoh yang Baik, yang Patut di teladani, disamping juga yang punya Pondok ini dan Pondok2 yang lain beserta KOMENTATORnya…
    Itulah gunanya wadah Blog ini untuk ajang Silaturahim, Saling asah asih asuh, dan saling mengingatkan,
    Tidak ada orang yang Pintar dan Suci didunia ini, dan tidak ada yang Bodoh dan Hina, hanya mereka yang sudah pintar dan suci lebih dulu menerima kondisi itu karena Berkah dan RahmatNYA, sedangkan yang Bodoh dan Hina memang belum mendapatkan itu, hanya waktu dan Berkah RahmatNYA lah yang menjawab..

    Salam SihKatresnan (ngikuti yang punya Pondok hihihihi.)
    Salam Ing Sejatine Seduluran (ngikuti KangMas SikapSamin)
    Maaf satu-satu…Beribu2pun boleh
    hehehe.. dasar wong begajulan..
    Maaf….Peaceeeeeeeeee.

  7. Yth Ki Lor Muria, sebutan Ki kan asalnya dari Kyai yang berarti sesuatu yang perlu dihormati karena berbagai hal. Entah itu jasa2-nya, entaah itu manfaatnya dll. Sebutan Ki tidak mengenal apakah dia usianya sehari, setahun, atau seratus tahun jadi sah2 saja sy memanggil panjenengan Ki karena ilmu panjenengan yang bermanfaat. (hehe)

    Yth Sedulur Sejatiku Tunggal Sikep, sikapsamin… memang demikian adanya kondisi psikologi sosial masyarakat kita. Sakit parah dan akut. CULAS, DENDAM, DENGKI, IRI, KEJI, SREI menjadi bagian sehari hari dan kita menjadi bagian di dalamnya.

    Tapi untungnya, manusia tidak selalu demikian. Ada sisi-sisi yang tidak bisa dipandang hitam dan putih begitu saja. Pasti ada mutiara di tengah lumpur kemanusiaan. Tergantung pada apakah dia mampu untuk mengangkat sisik melik mutiara tersebut, sehingga nanti bisa melek dan kelihatan melok-melok.

    Bila petunjuk-Nya sudah setiap hari turun kepada manusia, mulai bangun pagi dan membuka mata hingga tidur pun petunjuk itu datang, lantas semua akhirnya tergantung manusia sendiri. Apakah dia akan berubah dan berbuat sesuatu berdasarkan petunjuk tersebut. Terkadang saya heran, kenapa manusia masih menungguh petunjuk-Nya untuk sadar dan bertobat? Bukankah dari seekor lalat, setangkai bunga, setetes embun, awan yang berarak adalah petunjuk yang sangat-sangat jelas di depan mata yang harusnya dibaca oleh kesadaran manusia? Kadang kalau ingat betapa luar biasa kasih sayang Tuhan, saya tidak mampu lagi ngomong apapun selain menyesali diri: kok bisa bisanya saya sombong ya?

    Matur nuwun Ki Lor Muria, tambahan penjelasan yang mencerahkan…

    salam asah asih dan asuh.

  8. Yth Mas Ratu Suci

    Sepakat dengan apa yang panjenengan sampaikan bahwa secara fitrah diri, keinginan untuk mempunyai hati yg tertata besar sekali
    akan tetapi sifat-sifat negatif manusianya sering muncul juga.

    Hidup adalah medan perjuangan menegakkan hal-hal baik, bermanfaat, berguna, teratur, menyenangkan, damai, lestari dll serta menjauhi/mencegah hal-hal negatif. Semua pasti tahu hal ini dan tidak ada cara lain untuk berbuat baik dan hati yang tertata selain harus menjalani perjuangan itu sendiri. Tidak ada cara naik sepeda selain harus naik sadel, dan menggenjot pedalnya. Buku tentang cara naik sepeda hanyalah tips2 yang informatif saja sifatnya. Begitu juga dengan Kitab Suci, kitab ini mampu mendatangkan manfaat bila yang bersangkutan menjalaninya (nglakoni) sendiri. Jadi jangan harap bila kItab mampu mendatangkan tuah dan kemudian diposisikan sebagai jimat bila pelakunya malah melanggar wewarah di dalam kitab suci tsb.

    salam asah asih dan asuh

  9. Menata hati …..ya …ya …. hati hati, berat dilakukan ringan dirasakan….rasa yang mana ?
    setiapdetik,menit, jam,bulan,tahun……..terus berputar pada porosnya,dilema, romantika, fenomena slalu bergejolak, ….hati2 luruskan tatapan ke sang Wajah-Nya. Dimana kita menghadap disitulah Wajah-Nya.
    Berpikir dan bezdikir …….itu pekerjaanya, agar hati menjadi tenang, damai dan bahagia dalam mencapai keselamatan dunia menjadi khalifah dan akhirat sebagai kehidupan Abadi…. Amiiin

  10. sikapsamin

    Yth. Para Sedulur Sejatiku Mas/Mbak: Lor Muria, Wong Alus, Ratu Suci lan Abu Amili…

    Matur nuwun,..matur nuwun atas semua Pencerahannya,
    Saya merasakan kesejukan dan ketenangan,

    Mohon difahami bahwa culas, dendam, dengki dst. yang saya utarakan diatas, dilingkungan kami para Sedulur-Sikep adalah merupakan PANTANGAN-BESAR dalam salah satu dasar Ajaran Leluhur…

    Sekali lagi MATUR-NUWUN…

    Salam Ing Sejatine Seduluran
    Bakuh-Kukuh-Utuh NKRI
    Samin adalah Sikap

  11. agus pandesyah

    yth. mas/mbak :Wong Alus, Ratu Suci, Lor Muria salam kenal dan terima kasih ,setelah membaca semua tulis diatas HATI saya semakin berkembang dan makin menyadari bahwa HATI adalah kunci ketauhidan ( hubungan ) kepada Tuhan YME dan pusat perasaan-perasaan yang baik dan indah ,
    dan semoga dengan banyak membaca hal-hal seperti tersebut diatas HATI saya semakin terbuka dan bisa memakai HATI dengan baik dan akan mewarnai seluruh kehidupan saya.
    Sekali lagi Mas/Mbak terima kasih.

  12. Yth mas Agus Pandesyah salam kenal dan terima kasih. Ini gubuk kita bersama mas. Monggo kita saling berbagi, bertukar kawruh/pengetahuan dan kebijaksanaan yang terpancar dari dalam keyakinan masing-masing. Keyakinan dan kepercayaan boleh didiskusikan meski sifatnya lebih banyak subyektifnya. Dengan mendiskusikan hal-hal yang abstrak, semoga kita semakin matang dalam menjejakkan kaki di tanah Tuhan Yang Maha Kasih ini.

    Tuhan tetap Satu meskipun kepercayaan/keyakinan/agama/jalan itu banyak. Yang benar tetap hanya Tuhan meskipun anggapan/pendapat/prasangka tentang Tuhan bisa jadi sebanyak manusia yang lahir di bumi.

    Salam damai.

  13. asslmkm…..yth mas Wongalus artikelnya mantab ,,mohon izin post d blog ku boleh….???

Tinggalkan komentar