KOPI TORABIKA DUO SUSU
(SEBUAH PESAN BATIN SANG PEWARIS ASMA RAJEH)
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam pamuji rahayu untuk sesepuh dan sedulur di kampus wongalus, akhir – akhir ini banyak sekali ijazah tentang keilmuan asma rajeh yang di wedar di blog wongalus mulai dari yang terendah sampai kepada asma rajeh yang berada pada tataran tinggi atau high level seperti asma rajeh kubro, nur rajeh, laut rajeh sampai pada yang terakhir kita mengetahui tentang wacana pengijazahan RDR dan NAKABAN.
Semakin menjamur nya asma rajeh di blog ini tentu semakin menambah wawasan pengetahuan kita tentang ilmu rajeh dan tentu semakin antusias pula kita menerima ijazah dan mengamalkannya. Akan tetapi sudahkah kita berfikir tentang 1 hal yang membuat kita bertanya tanya. SUDAHKAH DIRI KITA LAYAK DAN PANTAS MENGAMALKAN ASMA RAJEH DENGAN SEGALA EGO DAN NAFSU YANG MASIH BERTAHTA DI HATI KITA? Pada kesempatan ini ijinkan saya bertanya kepada sedulur
semua:
1. Kenapa Nabiyullah Khidir A.s hanya menurunkan ijazah asma rajeh secara lengkap dan sempurna hanya kepada 2 orang auliya pemegang amanah yaitu Mbah Kuwu Sangkan dan Kyai Bujuk Tumpeng? Padahal masa itu banyak Auliya Allah yang lain, walaupun kita tau ada ASR versi Sunan Kalijogo dan Sunan Gunung Jati,tapi kenapa tidak ke semua auliya dan seluruh umat muslim di turunkan? Padahal kita tau asma rajeh memiliki manfaat yang cukup banyak.
2. Sudahkah kita siap mengemban amanah ilmu asma rajeh sebagaimana ketika mbah kuwu dan mbah bujuk menerima ijazah asma rajeh dari Nabi Khidir A.s?
3. Sudahkah kita sanggup ber AMAR MA`RUF NAHI MUNKAR dengan ilmu rajeh yang sudah kita miliki? Sebagaimana yang dilakukan mbah kuwu dan mbah bujuk dalam rangka syiar islam, sudah kah kita sanggup?
Mohon maaf sedulurku semua bukan maksud hati ini menghalangi para sedulur untuk memiliki keilmuan asma rajeh , apalah hak seorang dhoif ini melarang sedulurku semua. Karena ilafat dan petunjuk secara hawatif yang kami terima sungguh di luar dugaan, banyak diantara sedulur kita yang mengamalkan asma rajeh dengan tujuan lain dan bukan untuk amar ma`ruf nahi mungkar. Berapa banyak sedulur kita yang mengamalkan asma rajeh agar sakti dan hebat? Agar bisa memindah hujan? Agar bisa membakar jin jin fasik? Agar kebal senjata dan lain lain.
Pada kesempatan ini al dhoif hanya ingin mengingatkan “INNAMAL A`MALU BINNIYATI” (sesungguh nya segala sesuatu tergantung pada niat kita). Ada sebuah pepatah barat yang mengatakan “GREAT POWER COMES GREAT RESPONSIBILITY” (seiring kekuatan besar maka datang pula tanggung jawab yang besar). Janganlah kita mengamalkan asma rajeh dengan tujuan mengharap karomah di balik asma tersebut.
Pada kesempatan ini saya ingin berbagi pengalaman ketika menerima dan mengamalkan asma rajeh. Ijazah asma rajeh saya dapat dari seorang mursyid di daerah lebak banten dari seorang kyai / ajengan yang sangat kami hormati, beliau memiliki 7 orang murid salah satu di antaranya al dhoif ini, awal pertama kali saya nyantri kepada beliau tujuan saya adalah mempelajari ilmu hikmah tingkat tinggi seperti ketika saya berguru kepada guru guru yang lain. Selama 1 bulan saya diperintah beliau untuk membersihkan langgar atau mushola tempat beliau biasa shalat dan mengaji.
Rutinitas itulah yang sehari hari saya jalani, tanpa pernah di turunkan amalan ilmu hikmah oleh beliau. Suatu ketika bakda Ashar saya memberanikan diri bertanya kepada beliau “abah iraha abdi belajar ilmu?” menanggapi pertanyaan saya beliau cuma tersenyum lalu berkata “jang kadieu, calik di dieu” (nak kesini, duduk di dekat abah) segera saya mendekat ke beliau dan duduk di samping nya, dengan tangan kanan yang masih berkalung tasbih beliau mengusap kepala saya seraya berkata “aya waktuna, sabar heula. Lamun ngggeus waktuna Insya Allah di bere ku abah” (segala sesuatu ada waktu nya, pada saat yang tepat insya Allah di berikan sama abah)
mulai saat itu saya tidak pernah menanyakan kapan saya di berikan amalan ilmu. Hari berikut nya abah hanya memberikan amalan istigfar yang harus saya baca minimal 100x setelah shalat, kira kira 1 minggu kemudian bakda shalat isya abah memerintah saya untuk melakukan shalat hajat dan taubat masing masing 50 rakaat. Saya segera melaksanakan perintah abah, setelah selesai melaksanakan shalat sekitar pukul 01.00 WIB abah mengajak saya ke sebuah sungai, sesampai nya di sana beliau menyuruh saya duduk di pinggir sungai dan memerintahkan saya membaca 2 kalimah syahadat setelah itu beliau mengirimkan tawasul kepada Nabi dll (tawasul ASR) setelah itu beliau menjabat tangan saya dan menyuruh saya mengikuti ucapan beliau. Yang pada akhir nya saya tau itu adalah ASR Cirebon, tetapi beliau tidak menyebut hitungan angka 1000x, beliau Cuma bilang “BACA SAMPAI HATIMU MERASA IKHLAS”
Itulah yang selalu saya ingat, jadi hakikat wirid ASR atau apapun menurut saya tidak selalu terfokus pada hitungan wirid tetapi pada keikhlasan hati dalam mengamalkan nya. Dalam hal ini mungkin para sesepuh dan sedulur punya pendapat yang berbeda, silahkan saja Karena secara pribadi saya tidak pernah menyatakan pendapat saya sebagai sebuah pembenaran publik.
Selama 3 hari saya mengamalkan wirid tersebut tanpa hitungan, pada saat malam ke 3 saat mengamalkan ASR entah pada hitungan ke berapa terdengar bunyi keciprak air, seketika saya membuka mata dan tidak jauh dari tempat saya duduk ada seorang tua berpakaian agak lusuh memakai caping (topi nelayan / petani) sedang asyik memancing menggunakan kail kayu yang terbuat dari bambu, sekilas beliau memandang saya dan tersenyum. Terpancar gurat kharisma kewibawaan yang teramat besar dari wajah sendu nya. Terpana diri ini memandang beliau, lalu beliau berdiri dan menghampiri dan tepat berdiri di hadapan saya. Sejenak memegang bahu kiri dengan tangan kanan beliau dan berlalu. Antara sadar dan tidak reflek saya menoleh ke belakang, ternyata tidak ada siapapun di sana. Pagi hari nya bakda shubuh saya tanyakan ke abah “saha eta bah?” beliau tersenyum lalu menjawab “Insya Allah eta abah kuwu”
Lain pula hal nya saat pengijazahan “asma raja dari segala raja” suatu hari abah mengajak kami berjalan jalan, saya dan 6 orang murid abah lainnya. Sebelum berangkat abah berpesan “jika melihat atau mendengar sesuatu yang ganjil diam saja” beliau mengenakan jubah putih dan surban hijau berjalan di depan kami.
Sepanjang perjalanan kami banyak mendengar suara “salam” baik ketika kami memasuki hutan atau sekedar istirahat di bawah pohon. ,menginjak setengah perjalanan kami dihadapkan pada sebuah sungai, abah hanya berkata agar kami menyebrang lebih dulu melalui titian kayu yang ada.
Serentak kami menyebrang, sampai di tengah jembatan saya menoleh kebelakang ternyata abah tidak ada dan alangkah terkejut nya ketika menoleh ke samping ternyata abah dengan santai nya berjalan diatas aliran sungai sampai ke tepi. Ketika sampai ke tepi sungai kami semua diam tanpa kata, seolah yang baru kami lihat seakan mimpi. Kami baru sadar ketika abah menepuk pundak kami masing masing sambil berkata “nggeus waktu na shalat” dan kami pun shalat zuhur di tepi sungai. Selesai shalat abah menyuruh kami pulang lebih dulu, dan yang membuat kami tambah tidak habis fikir ketika sampai kami di kejutkan dengan beliau yang sudah duduk berdzikir di dalam langgar. “aneh tapi nyata” gumam saya.
Malam hari nya abah menjelaskan bahwa “tidak ada yang tidak mungkin jikalau Allah berkehendak” dan malam itulah kami mendapat ijazah asma raja dari segala raja, abah memerintahkan saya untuk melafalkan wirid tersebut di bibir pantai, dan tempat yang dipilih adalah pantai carita di daerah anyer banten. Selama 3 hari bibir ini tiada henti melafalkan “INNA JAHARA….. dst” tanpa hitungan, sesuai pesan abah agar membaca asma tersebut sampai hati kita merasa ikhlas, sesaat setelah pengijazahan abah hanya berpesan agar jika nanti melihat sesuatu (sesosok makhluk) agar meminta sosok tersebut mengucapkan dua kalimah syahadat lebih dulu, hari pertama dan kedua saat pengamalan berlangsung biasa, menjelang hari ke 3 pengamalannya lamat lamat telinga ini mendengar suara salam, 1x dan 2x suara itu saya acuhkan sampai ke hitungan ke 3 barulah saya menjawab suara itu.
Tepat di hadapan saya berdiri sesosok tubuh tinggi besar berjubah memakai tongkat dengan sorot mata menusuk tetapi sendu. Teringat ucapan abah saya meminta kepada beliau untuk mengucapkan 2 kalimah syahadat. setelah itu sosok tersebut memperkenalkan diri yang tidak lain Nabiyullah Khidir A.s, spontan dalam hati ini timbul keraguan apakah benar beliau nabi khidir yang asli atau hanya jin yang menyerupai, abah pun pernah berkata “jika di hadapan mu ada sosok yang mengaku ngaku seseorang maka bacakan lah ayat ini 7x, setelah membaca ayat tersebut 7x dan ternyata sosok tersebut masih berada di depan kita maka insya allah beliau adalah yang asli, tetapi jika setelah di baca ayat tersebut hilang maka itu adalah penjelmaan jin” ayat yang di baca adalah
“ROBBI A’UDZUBIKA MIN HAMAZATISSAYATHIN WA’AUDZUBIKA ROBBI AY YAHDHLURUN” (ya allah sesungguh nya aku berlindung kepada Mu dari godaan syaithan dan dari kehadiran nya).
Ternyata setelah dibacakan ayat itu sosok tersebut tetap berada di depan saya, secepat kilat saya merasa beliau memegang tangan saya, dan dalam hitungan detik sukma ini melesat jauh menembus batas garis antar dimensi, sukma ini di bawa ke suatu tempat berkubah seperti masjid, di tempat itu saya di wejang hakikat lafdz Allah (alif lam lam ha) banyak manusia mencari Allah tetapi tidak kunjung di temui, kenapa manusia harus mencari padahal Allah itu dekat dan lebih dekat dari urat leher nya, jangan mencari Allah dengan nafsu “ingin” karena hanya kekosongan dan kehampaan yang kau lihat, Carilah Allah dengan tawadhu niscaya Ridho-Nya akan kau dapat. Dan di tempat itu pulalah saya mendapatkan sebuah amalan yang di namakan “BENTENG SAMUDERA”
TIPS KILAT PERASUKAN ASMA RAJEH
1. Sebaik baik tempat pengamalan ASR adalah di tepi sungai, karena aura sungai cenderung selaras dengan asma rajeh, apalagi bila kita mengamalkan ASR yang cenderung keras dan panas seperti rajeh kubro dan singa rajeh, aura sungai secara otomatis akan meredam hawa panas ASR.
2. Jangan pernah mengejar hitungan wirid, karena keikhlasan hati dalam mengamalkan jauh lebih di sukai Allah, Allah cenderung melihat keikhlasan hati kita ketika berdzikir dan bukan hitungan wirid.
3. Jangan pernah berdzikir dengan mengaharap karomah di balik asma, karena jika seperti itu maka yang hadir adalah khodam dari golongan jin, karena di hati kita sudah “menyimpang” dari tujuan awal mengamalkan asma rajeh yaitu mengharap ridho Allah semata.
MANFAAT ASR DAN RDR
Asma sunge rajeh memiliki khasiat yang tidak terbatas, terlebih lagi Asma RDR tetapi disini saya hanya akan menceritakan sedikit pengalaman ASR dan RDR
1. Melunturkan khodam amalan ilmu kebal seseorang (tetapi jangan di niatkan
mengganggu mereka yang sedang mencari nafkah seperti grup debus atau yang lain).
2. Menundukan 1000 khodam harimau putih hutan pasir sancang.
3. Menarik dan menghanguskan jin jarak jauh yang mengganggu tubuh seseorang dengan media foto.
4. Di hormati pedanyangan di manapun (pengalaman pribadi ketika berkunjung ke tempat yang baru di kunjungi Insya Allah pedanyangan setempat yang lebih dulu menyambut ke hadiran kita).
5. Menundukan ulama dari bangsa jin dan memiliki murid dari bangsa jin.
6. Memindah kerajaan jin dengan RDR (pengalaman ini saat ada seorang kawan yang memiliki pondok salafi, beberapa minggu banyak kejadian santri dan santriwati yang kerasukan dan aura sekitar pondok terasa panas, setelah di deteksi ternyata tidak jauh dari pondok tersebut ada sungai, dan di sungai itulah terdapat kerajaan jin kafir. Yang secara tidak langsung aura panas nya berimbas ke alam nyata).
7. Menghanguskan jin kafir sampai radius 10 km dengan gabungan RDR dan Asma Kalimat Tammat.
8. Memecah awan dengan mendatangkan angin dan memindahkan ke tengah laut.
9. Pukulan pemecah gelombang (memecah gelombang laut sebelum menghantam karang).
10. Menaklukan 2 raja ifrit dan gendruwo (Soca Lucoyo dan Kolo Gandarwo)
11. Menawarkan pemilik ilmu kebal AJI BATARA KARANG
12. Menarik sukma seseorang jarak jauh dan memprogram fikiran jarak jauh agar mengikuti kehendak kita.
Demikian lah sedikit sharing tentang ASR dan RDR, semoga dengan ini bisa mengembalikan khittah awal niat kita untuk mengamalkan ASR dengan tujuan mengharap Ridho Allah semata. Untuk ijazah RDR saya mengaharap agar para sedulur melakukan shalat istikharah lebih dulu, apakah kita sudah siap ber amar makruf nahi mungkar dan menegakkan syiar islam dengan RDR ini? Atau hanya mengharap ijazah untuk kesaktian semata? Jawaban nya ada pada hati sedulur semua, karena hati tidak bisa di bohongi.
Saya memang bukan lah habib ali yang mampu menembus langit saf ke 7 atau ki hongmankim yang mampu shalat di tengah laut, saya hanya orang biasa hamba Allah yang banyak dosa, yang selalu bersimpuh mengharap Ridho Nya. Wassalamaulaikum Warahmatullahi Wabarakatuh….. @@@
KOMENTAR