Move On

Move On 2018


Assalamualaikum wr wb. Apa kabar sedulur pembaca KWA?

Semoga anda semua sehat, sejahtera bahagia dalam lindungan rahmat dan ridho Allah SWT. Amin. Sudah lama terasa saya tidak menulis, nah karenanya jari ini terasa kaku, otak rasanya terasa kurang lincah lagi mengungkapkan apa yang terpikirkan. Juga lamban rasanya mengungkapkan apa yang terasa di dalam hati. Namun dengan power kata ‘BISMILLAHIRROHMANIRROHIM” akhirnya bisa juga jari ini bergerak mengetik di laptop.

Insya allah, pikiran bisa terbuka lagi. Meski sedikit demi sedikit. Pintu yang selama ini tertutup akibat kemalasan, akibat habisnya energi, akibat lemahnya semangat untuk menulis lambat laun berpindah menuju semangat. Meminjam istilah kawan-kawan muda, kita memulai untuk MOVE ON….. BERPINDAH, dari situasi awal kepada situasi lain, dari suasana yang satu kepada suasana yang kedua, dari satu titik kepada titik yang lain, sehingga akhirnya menjadi garis, dari garis yang satu menjadi garis yang lain dan menghubungkannya menjadi bidang, menggerakan bidang dan menyatukannya dengan bidang lain sehingga menjadi ruang.

Ruang satu kita satukan dengan ruang lain sehingga menjadi dunia. Dunia adalah satuan ruang spiritual yang teralami oleh individu semasa hidup. Maka pastilah dunia setiap orang akan berbeda-beda. Tergantung pada pengalamannya, tergantung pada pengetahuannya, tergantung pada bagaimana dia menghayati dan memaknainya.

Dan tidak terasa… benar-benar tidak terasa… saat ini kita berada di jaman yang serba baru, serba cepat, serta berbeda. JAMAN NOW kata kawan-kawan muda. Jaman dimana kecepatan didewa-dewakan dan semua sarana untuk sampai tujuan sudah tersedia. Rumus matematika mengungkapkan bahwa kecepatan adalah jarak perpindahan yang ditempuh benda dibagi waktu yang dicapai.

Jadi semakin pendek waktu yang kita tempuh sampai tujuan berarti kita semakin cepatlah kita. Tapi apakah arti dan maknanya kecepatan itu? Apakah kecepatan itu berarti kita semakin senang? Belum tentu. Kadang kecepatan justeru sebaliknya, membuat kita semakin cemas dan khawatir.

Semasa kanak-kanak, waktu terasa lama. Seminggu terasa lama. Beranjak muda dan dewasa dan tua… seminggu terasa sehari. Sehari terasa sejam, sejam terasa semenit…. Dulu saya membayangkan apa dan bagaimana tahun 2018 itu? Bayangan-bayangan yang mengerikan akan masa depan yang kabur dan limbur. Seperti kabut yang misterius yang siap menyedot kita dalam mesin waktu yang kejam dan merajam. Saya bertanya saat itu, apakah saya nanti akan mengalami tahun 2018 itu?

Sebab tidak ada jaminan kita semua masih hidup besok, seminggu lagi, sebulan setahun lagi bukan? Tapi ternyata Allah SWT memperkenankan saya untuk bisa menikmati tahun 2018 dan berjumpa dengan pembaca KWA saat ini…. Inilah TAKDIR… ketentuan yang harus kita alami….

Semakin tua usia, apakah kita semakin dekat dengan Allah SWT?  Pertanyaan ini yang mungkin perlu kita ingat ketika kita memasuki usia 40 tahun. Usia patokan ketika panutan kita junjungan kita, Rasulullah Habibullah Muhammad SAW menerima wahyu pertama. Kenapa beliau diangkat menjadi nabi ketika berumur 40 tahun? Ada apa dengan angkat 40, atau kenapa harus 40 tahun? Kenapa bukan 35 atau 38 tahun?

Allah memberikan apresiasi tersendiri terhadap manusia ketika mencapai usia 40 tahun. Secara jelas, dalam QS al-Ahqaf: 15, Allah berfirman “… sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun, ia berdoa …”. Seperti kita tahu, bahwa sesuatu yang disebutkan dalam al-Quran itu pastilah mempunyai nilai yang istimewa; nilai baik atau sebaliknya.

Seperti kita ketahui, bahwa usia 40 tahun adalah usia yang menjadi simbol dari kematangan hidup seseorang, baik dari segi fisik, intelektual, emosional, karya, dan tentu perkembangan spiritualitasnya. Sesuatu yang terjadi pada usia ini sifatnya akan stabil, mapan, kokoh, dan konsisten. Sehingga pada usia ini, biasanya menjadi ukuran untuk kehidupan setelahnya. Secara psikologis, usia 40 tahun adalah masa dimana seseorang telah benar-benar meninggalkan masa mudanya menuju masa dewasa.

Namun meskipun demikian, janganlah kita merasa gundah ketika misalnya saat usia 40 kita belum menemukan bentuk yang pasti tentang jati diri kita. Nggak usah bingung, sebab pastilah semua yang kita alami ada hikmah yang besar. Bukankah hanya Allah SWt yang tahu tentang diri kita? Kita mungkin merasa gagal dalam hidup di dunia ini karena kita belum memiliki ini dan itu, kita belum sampai pada tujuan dan cita-cita tertentu.

Nah, cermatilah dengan kritis…sesungguhnya siapa pemilik semua ini? Termasuk pemilik pikiran ini… termasuk pemilik kesadaran dan perasaan ini… termasuk pemilih nafas ini… termasuk pemilik tubuh ini… termasuk pemilik agama ini.. termasuk pemilik alam semesta ini…. Semua YANG ADA ini…

Jadi apa dong yang milik kita? Apa dong yang kita klaim menjadi milik kita? Berani-beraninya kita klaim sesuatu yang sesungguhnya bukan milik kita menjadi milikmu,… menjadi milik kita… menjadi milik tetanggamu… menjadi miliknya si anu dan si anu…. Banggakah diri kita mengklaim yang sejatinya bukan milik kita????

Kita semua, aku dan dirimu ini sesungguhnya TIDAK ADA….. sebab suatu ketika entah kapan… kita ini akan terhapus dan menghilang seperti bermilyar-milyar pendahulu kita yang kini hanya tinggal nama, dinisankan di kuburan,… dan kembali ke sisi NYA….

Maka….

YANG ADA hanyalah ALLAH SWT

dan

YANG ADA INI ADALAH MILIKNYA…

dan

MILIKNYA MELINGKUPI SEMUA YANG ADA….

Maka SEBELUM SEGALANYA TERLAMBAT

Kembalikan yang bukan milikmu

Kembalikan yang kau klaim menjadi milikmu

INNA LILLAHI WAINNA ILAIHI ROJIUN

@kwa, 2018

Categories: Move On | 1 Komentar