APAKAH TUHAN MASIH HIDUP?


gempa

Jawaban yang paling mungkin adalah TIDAK TAHU. Kenapa begitu? Ya karena Tuhan tidak mungkin memiliki sifat dalam terminologi kemanusiaan: suka-tidak suka, rindu –benci, jengkel-mesra, mati-hidup, ada-tidak ada,.. dan sebagainya. Hidup-mati adalah sifat hanya dimiliki oleh makhluk hidup, dan barangkali juga sang manusia yang hingga kini masih mengaku sebagai makhluk paling mulia se jagad ini.

Bagaimana dengan sifat-sifat Tuhan seperti Maha Besar, Maha Suci, Maha Adil, Maha Perkasa, Maha Hidup??? Ya pasti tidak mungkin menyamakan besar, hidup, suci, perkasa, adil-Nya Tuhan seperti besar, hidup, suci, perkasa, adilnya manusia. Sebab Tuhan berbeda dengan semua hal yang ada di pikiran dan pasti tidak pernah ada dalam gudang memori ide kita.

Sebagai manusia yang mengaku beriman (bila ini benar menurut-Nya), adalah sangat pantas bila kita rendah hati dan berhati-hati dalam segala hal. Termasuk pada pengakuan kita sendiri, pada klaim kebenaran yang kita patok pada sesuatu hal termasuk keyakinan kita. Jangan sampai keyakinan malah membutakan mata yang justeru menghalangi atau menjadi tabir penutup kita melihat kebenaran.

Maka, berhati-hatilah dengan iman kita sendiri. Dan tidak haram bila kita, misalnya harus mempertanyakan substansi iman. Terus terang, saya sangat mewaspadai bila semua yang menyangkut hal-hal sakral seperti ini harus diambil dari Kitab Suci. Terlalu memalukan dan naif bila nanti justeru kurang kontekstual dan tidak memuaskan. Padahal, manusia sebagaimana yang saya ketahui memiliki sifat yang tidak mudah puas. Meskipun acuannya sudah jelas dari Kitab Suci.

Nah, daripada nanti muncul klaim kafir, syirik, musyrik atau dholim bagi mereka yang belum puas dengan jawaban yang diambil dari Kitab Suci. Maka saya lebih sepakat untuk tidak gampang sedikit sedikit mengambil atau mengutip satu dua ayat. Lebih baik bergelut dan bergulat duluan dengan olah nalar dan olah rasa saja, yang bisa dikritik disalahbenarkan maupun dilecehkan tanpa harus berdosa bila tidak percaya atau tidak sepakat.

Begitulah, penjelasan bila sumbernya adalah nalar biasanya lebih jernih dan lebih bulat. Sebab nalar dan rasa (batin) adalah suryakanta (kaca pembesar) kita melihat kitab suci yang sesungguhnya, yaitu gumelaring jagad ini.

Terkadang kita merasa agak gimana gitu.. bila ada tukang omong agama (dai) sedikit sedikit mengaku bahwa ucapannya adalah Kalamullah, Kalam atau firman-Nya. Sungguh saya biasanya hanya berpikir, apakah yang bersangkutan memang kurang memahami, belum memahami, atau sudah sampai pada tahap spiritualitas tertinggi hingga tidak ada lagi dualitas antara kawulo lan gusti?

Bila tahapnya masih syariat minded, maka pernyataan dai yang mengaku mengatakan bahwa yang diucapkannya adalah firman Tuhan jelas merupakan absurditas alias tidak masuk akal.

Bila tahapnya belum tahu agama secara kaffah alias sempurna, berarti dia memang jujur dalam ketidaktahuan.

Bila tahapan perjalanan spiritualnya sudah sampai ke taraf spiritualitas tertinggi atau ahli makrifat, maka pernyataan bahwa ucapannya adalah firman-Nya maka ya perlu dimaklumi saja. Dia sudah merasa tidak ada lagi “aku” sebab sang “aku” sudah sedemikian lebur habis alias amblas dalam “keakuan”-Nya. Pernyataan orang yang sudah ada di aras spiritual seperti ini, kok sepertinya tidak perlu dibantah. Sebab jangan-jangan bantahan kita adalah bukti bahwa kitalah yang sebenarnya justeru belum tahu dan perlu belajar banyak lagi.

Kembali ke pertanyaan awal, apakah Tuhan “hidup”? Jawabannya bisa macam-macam tergantung pada acuan apa yang dipakai. Bila acuannya adalah buku Kitab Suci , jelas menganjurkan agar manusia hendaknya beriman pada-Nya. Namun, bila acuannya bukan buku Kitab Suci, maka jawabannya bisa jadi lain.

Nah, saya justeru ingin membahas yang terakhir yaitu mereka yang acuannya bukan buku kitab suci ini. Pasti beriman yang acuannya “Kitab Suci” baik yang beutknya buku maupun pergelaran alam semesta, sudah begitu banyak diulas dan jelas benar (bagi yang percaya). Namun ijinkan, saya memilih untuk membahas dari sudut pandang yang lain saja. Bukannya apa, saya hanya ingin menjelajahi alasan-alasan kenapa seseorang itu merasa bisa hidup meskipun tanpa campur tangan Tuhan.

Sudah begitu banyak diketahui namun belum didalami maknanya adalah pernyataan dari Friedrich Nietzsche bahwa “Gott ist tot” atau diindonesiakan menjadi “Tuhan Sudah Mati.” Ini muncul dalam buku Also sprach Zarathustra.

Nietzsche bukanlah orang tolol dan absurd. Dia adalah pemikir kampiun dari Jerman yang menggulati soal spiritual tidak dengan cara mengimani secara buta saja. Saya yakin, meskipun kaum agamawan mencibir dia sebagai sosok yang kafir, namun menurut saya, dia nantinya juga berhak mencicipi surga. Meskipun barangkali hanya anginnya saja. Kok Bisa?

Mengartikan “Tuhan sudah mati” tidak boleh ditanggapi secara harafiah, seperti misalnya kita mengatakan tikus itu mati, buaya itu mati. Tuhan jelas bukan dzat apapun juga sebagaimana yang saya dan Anda bayangkan. Ini berarti amat tolol bila kita artikan bahwa “Tuhan kini secara fisik biologis sudah mati.”; Sebaliknya, inilah cara Nietzsche untuk mengatakan bahwa gagasan tentang Tuhan tidak lagi mampu untuk berperan sebagai sumber dari semua aturan moral atau teleologi.

Dalam bahasa Nietzsche, “Kematian Tuhan” adalah sebuah cara untuk mengatakan bahwa manusia tidak lagi mampu mempercayai tatanan kosmis apapun yang seperti itu karena mereka sudah tidak lagi mengakuinya. Kematian Tuhan, kata Nietzsche, akan membawa bukan hanya kepada penolakan terhadap keyakinan kosmis atau tatanan fisik tetapi juga kepada penolakan terhadap nilai-nilai mutlak hukum moral yang obyektif dan universal, yang mengikat semua individu.

Ini jelas membawa kepada nihilisme, namun tidak apa sebab dari nihilisme inilah nantinya ditemukan manusia-manusia yang gelisah dan menjadi kritis terhadap nilai-nilai agama yang sudah diklaim sebagai hal yang pasti benar (setidaknya menurut ukuran kacamata pemahaman manusia) dan kemudian mampu untuk pasrah sumarah sebelum menerima cahaya hidayah-Nya.

Dan inilah jasa-jasa besar Nietzsche untuk menemukan suatu pemecahan dengan mengevaluasi kembali dasar-dasar nilai-nilai yang diyakini manusia. Bagi Nietzsche, kita tidak bisa hanya percaya begitu saja pada nilai-nilai tanpa rasionalitas. Dasar-dasar yang jauh lebih dalam daripada nilai-nilai agama yang mana kebanyakan orang malas sekaligus menolak untuk mencari lebih jauh daripada nilai-nilai ini haruslah dibongkar dan didekonstruksi.

Nietzsche mengisahkan sindirannya kepada kaum agamawan dalam bahasanya yang khas di Also Sprach Zarathustra:

“apakah yang dilakukan si orang suci di hutan?” tanya Zarathustra. Si orang suci menjawab: ‘Aku membuat nyanyian dan menyanyikannya; dan ketika aku membuat nyanyian, aku tertawa, menangis dan bersenandung: jadi dengan melakukan semua itu aku memuji Tuhan. Dengan bernyanyi, menangis, tertawa, dan bersenandung aku memuji tuhan yang adalah tuhanku. Tetapi apa yang engkau bawa kepada kami sebagai hadiah?’

Ketika Zarathustra mendengar kata-kata ini ia mengucapkan selamat berpisah dan berkata: ‘Apa yang dapat kumiliki untuk kuberikan kepadamu? Tapi biarkanlah aku pergi dengan segera agar aku tidak mengambil sesuatu daripadamu!’ Dan kemudian mereka berpisah, si orang tua dan lelaki itu, sambil tertawa seperti dua anak lelaki tertawa.

Tetapi ketika Zarathustra sendirian ia berbicara kepada dirinya sendiri: ‘Mungkinkah itu? Si orang suci di hutan ini belum mendengar apa-apa tentang hal ini, bahwa Tuhan sudah mati”…

Kesimpulan:
1. Jasa-jasa Nietzsche adalah mengingatkan kita semua, yang merasa sudah punya agama dan merasa punya iman bahwa kita wajib terus mengasah kebersihan iman kita. Jangan agama dijadikan sekte yang penuh mitologi, sebaliknya memahami agara hendaknya secara rasional dan obyektif.

2. Ungkapan Tuhan Sudah Mati itu pastilah Tuhan menurut kacamata manusia (Nietzsche). Bukan Tuhan an sich (pada dirinya sendiri) di mana pengetahuan kita pun tidak mampu menggapai-Nya, kecuali bila dia memberikan sebuah cahaya keimanan. Inilah kritik yang perlu dilontarkan pada Nietzsche…
3. Monggo didiskusikan….

wongalus

Categories: GOTT IST TOT | 27 Komentar

Navigasi pos

27 thoughts on “APAKAH TUHAN MASIH HIDUP?

  1. lor Muria

    Suatu uraian yang bisa menambah wawasan ber ketuhanan…
    akan tetapi berbicara tentang ke-Iman-an, kalau di nalar pakai akal logika akan semakin jauh dari esensi Iman itu sendiri, bahkan bisa semakin membuat Hijab antara diri dengan Tuhannya. Karena bahasa akal tidak bisa menggambarkan seutuhnya kondisi wahana keimanan dari seseorang. bahasa akal hanya untuk menggambarkan garis besarnya saja, yang digunakan untuk mengajak orang lain agar kembali kepada Tuhannya, mengajak kepada Ke-Tauhid-an yang sebenar2nya.
    Intinya bahasan/telaah akal harus didahului oleh Iman, bukan sebaliknya menelaah dulu dengan logika akal baru menemukan Iman. Jalan pertama lebih aman dan lebih cepat hasilnya secara umum…..tinggal diri kita mau jatuh bangun berjalan kaki dari jogja ke Jakarta atau naik pesawat kelas VIP…monggo2 silahkeen..
    silahkan dilanjut KI
    Mohon maaf lahir batin
    Salam asah asih asuh
    Rahayu

  2. Komeng pertamax.

  3. Pernyataan Muhammad :
    beribadah karena Allah dgn kondisi si ‘Abid dalam keadaan menyaksikan (melihat langsung) langsung adanya si Ma’bud. Hanya sikap inilah yg akan mampu membentuk kepribadian yg kokoh-kuat, istiqamah, sabar dan tidak mudah menyerah dalam menyerukan kebenaran.
    Pernyataan Syekh Siti Jenar :
    hanya Sang Wujud yg mendapatkan haq untuk dilayani, bukan selain-NYA.

    Sehingga, dgn kata lain, Ihsan dalam aplikasinya atas pernyataan Rasulullah adalah membumikan sifatullah dan sifatu-Muhammad menjadi sifat pribadi

    Tuhan harus benar2 hidup secara imanen dalam diri/hidup kita, bukan hanya dalam alam transenden, tidak kita bunuh & kuburkan dalam teks2 kosong yang disebut Kitab Suci.
    Karena Kitab Suci sejati adalah Kitab Teles atau diri kita sendiri yang menyaksikan tergelarnya ayat2 suci dalam peristiwa sehari-hari
    Sehingga Rahsa kita menjadi Rasul Sejati utusan Allah, utusan Hidup karena Tuhan adalah Sang Hidup, ya Hidupku, ya Hidupmu, pula Hidup seekor anjing hitam yang terbuang yang kemana-mana disambit batu

  4. wongalus

    Yth Mas Tomy ingkang winasis,… saya merasa beruntung memiliki satu persinggungan pengetahuan dengan panjenengan serta dengan para sahabat kerabat yang akhirnya semakin memperteguh pemahaman kita semua terhadap mana nilai-nilai yang absolut dan mana nilai-nilai yang relatif. Sangat sepakat, bahwa hanya Tuhan yang benar-benar menyala secara imanen yang mampu membakar hidup kita secara total. Buku kitab suci boleh dirawat dan dijaga baik-baik di dalam rak buku. Namun, yang paling substansial justeru bagaimana “buku teles suci gumelaring jagad cilik (jalma manungso) dan jagad gede (alam semesta raya)” ini mampu manunggal bakuh kukuh saling memberi dan menerima secara santun, jujur dan akrab. Tidak saling mengekploitasi namun saling membantu untuk merasakan bahwa keduanya adalah ciptaan-Nya. Dengan energi Rahsa “aku” yang hidup maka seluruh ciptaan akan mampu manunggal dengan “AKU”-NYA. Nuwun…

  5. wongalus

    Yth mas Lor Muria, sepakat mas.. di lain pihak, kita perlu berempati dengan masih banyaknya saudara-saudara kita yang mungkin tingkat kedalaman pengetahuannya belumlah seberapa. Inilah yang menjadi keprihatinan kita bersama agar terus menerus menyelami berbagai fenomena umum akibat nilai-nilai yang terangkut oleh modernisasi dan globalisasi. Ateistik dan nihilistik, Tuhan “disingkirkan” dan “dibunuh” dari wacana-wacana akal budi bahkan dalam rasa terdalam manusia modern. Semakin banyak saja jenis manusia yang berpenyakit jiwa dengan mentalitas tempe dan tahu namun berbaju mall dan bertopeng ilmu pengetahuan. Akankah kita diam dan tidak berbuat apa-apa terhadap gejala “sekarat-isme” akhir jaman?? Semoga kita semua tergerak untuk ini. Nuwun mas. monggo dilanjut…

  6. Rohullamin

    Assalamulaikum.Permisi mas ikut nimbrung.Lautan tintaNya ranting ranting penanya.Salam kenal mas. Udah ambil pengalaman mas permisi mas.

  7. samiun

    assalamualaikum
    tuhan dikenal saat terbunuhnya tuhan , saat tidak exsisnya tuhan , saat bukan lagi maha apapun, bukan adopsi pemikiran atau ajaran manapun, bukan cerita pengalaman rasa apapun, bukan siapapun bukan bukan dan bukan , berdikari sendiri dalam melakukan pencarian sendiri, si pencari sejati yang polos bebas dari semua angan pikiran , bebas dari rasa bebas segalanya……………..

  8. Wah sedikit cerita nggeh Ki, saat terjadi gempa saya sedang berada di lantai 7 dalam acara peresmian gedung baru.Alkisah bapak pimpinan sedang marah sekali kepada para bahawan yang suka kasak kusuk membuat isu, baru saja selai beliau minta maaf, tiba2 terdengar kreteg….kreteg dan selanjutnya kami seperti diayun ayun kekiri dan kekanan, persis seperti lagi naik pohon yang tinggi kemudian tertiup angin kencang. Bisa dibayangkan suasana yang tadinya hening sepi menjadi gaduh sekali.Dalam hati sebetulnya saya tertawa geli melihat tingkah laku hadirin.Ada yang lari tunggang langgang menuruni tangga sambil teriak Allahu akbar berkali2, ada yang lemes dan sambil duduk hanya bisa berteriak menyebut tuhan,ada yang shok dan pingsan, yang lucu lagi malah ada yang komentar”eh ini gempa beneran ya, kirain cuma permainan efek gedung”. rupanya orang ini masih trauma waktu ngikutin trainning ESQ.Jujur aja saya juga deg degan, tapi saya mengambil keputusan untuk pasrah saja, abis mau lari kemana, mendingan juga menata hati dan siap menghadapi apa yang akan terjadi.Apa lagi ketika saya lihat ternyata Bapak pimpinan masih berdiri di podium dengan tenang dan tetap berusaha menenangkan para tamu.Alhamdulillah gempa mereda, dan para tamu yang trsisa perlahan2 beriringan turun melewati tangga.

  9. abu amili

    sepertinya supaya sdh komplit,Tuhan Yang Sudah mati, sekadar ungkapan simbolis bagimanusia yg selama ini mati ditengah keramaian dunia……agar manusia bangkit dan hidup, mencari kebenaran yg sejati, teruuus dan teruuus………
    lanjut ki…..ma kasih, atas cerahaannya,semoga saya berharap semua teruuus….teruuus hidup.

  10. Salam Hormat untuk Saudaraku Wong Alus Yang Arif dan Bijak, Juga teruntuk saudaraku Mas Muria dan Mas Tomy serta Mas Ngabehi juga saudara2 yang lain yang Karam dalam Lautan Syahadatullah.

    Sungguh Untaian Mutiara yang sangat Indah yang telah di paparkan oleh Saudara Wong Alus yang menunjukkan bahwa Saudaraku Wong Alus telah menyeberangi Luasnya Samudra Titik Ba’ dalam merasakan Ma’ul Hayat (Air Kehidupan).

    Ketika seseorang itu telah berada di Antara Dua Lautan, maka lenyaplah segala Dualitas dan Lebur ke dalam Hakikat Tuhan yang sebelum ber-JABAT-an Tuhan. Dan itulah sebenar2nya Tuhan yang tak bisa di jangkau oleh Akal Fikir maupun Akal Budi.

    ADA pada ke-ADA-an dan ADA pada ke-TIADA-an, menzahirkan Sifat Hidup dan Mati Senang dan susah dll…dll…dll…yang bersifat berpasangan2an. Sehingga bagaimana bisa dikatakan Tuhan yang Haikiki itu dikatakan Hidup sedangkan Mati saja Tidak. Adapun kehidupan dan kematian yang ada itu adalah Jalan tersingkapnya Penyaksian akan Haqullah Haqul Haqiqi yaitu Zat Maha Mutlak (Tuhan sebelum ber-JABAT-an Tuhan).

    Sendiri IA ada tanpa ada yang menyertaiNya dan IA yang dulu dengan IA yang sekarang tiada beda. Adapun Awal dan Akhir Zahir dan Bathin adalah menunjukkan Sifat ke ADA an diriNya dan IA tidak lah bergantung kepada Sifat itu melainkan Sifat itu hanya bayang2 kenyataan ADA nya IA.

    Salam Taklim Saudaraku Wong Alus
    Salam Berkah Rahmat beserta keluarga
    Silahkan dilanjut Ki….

    Wassalam

  11. “ Inilah keadaan DUNIA saat ini
    Banyak yang MasuK tetapi hilang begitu saja
    KARENA
    Dari berpuluh ribu orang yang masuk tadi
    ALLAH melihat yaaaaa Cuma bilangan jari tangaaan saja
    INGAT
    Jika diibaratkan HATI ALLAH Putih Bersih dia sinari kebawah
    Maka HATI hambanya yang akan memantulkan Cahaya
    DAN
    ALLAH melihat pantulan TITIK TITIK PUTIH itu
    HATI ADALAH CERMIN ”

  12. Iman dan Percaya ternyata tiadalah sama
    Seringkali dianggap sama tiadalah berbeda
    Percaya dikiranya Iman menyesal badan sia sia
    Percaya adalah langkah awal dari perjalanan

    Percaya belumlah yakin apalagi merasakan
    Percaya masihlah sebatas katanya sih begitu..
    Kata orang begini.. kata kitab begono.. katanya..
    Mendengar kabar berita dari sumber terpercaya

    Konon kabarnya ceritanya dapat dipercaya
    Karenanya percaya masih sebatas akal fikir
    Sebatas logika yang bisa di cerna dengan nalar
    Semua masih sebatas teori dan Bentuk belaka

    Sehingga bergeraklah bagai roda berputar naik turun
    Ketika fisik kuat tiada masalah kepercayaan teguh kokoh
    Ketika fisik lemah masalah banyak kepercayaan goyah lemah
    Sesungguhnya semua masih tahap kesadaran lahiriah belaka

    Iman adalah yakin karena merasakan kehadiranNYA
    Hanya tergetaaaar ketika mendengar nama ALLAH..
    Hati yang merindukan kehadiraanNYA dalam CINTA
    Diri yang sepenuhnya menyerah dalam ketiada berdayaan

    Iman jalannya tegak lurus menuju kepada keabadian
    Menempuh Shiratal Mustaqim untuk kembali kepadaNYA
    Menghidupkan heningnya malam dalam alunan desah nafas
    Merasakan kehadiranNYA setiap saat setiap waktu tiada lupa

    Iman sesungguhnya pertanda kebangkitan kesadaran batiniah
    Tumbuh dan berkembang pesat dalam Jiwa Jiwa yang Tenang
    Bersinar sedikit demi sedikit menyinari kegelapan relung jiwa
    Hanya bertemankan kerinduan demi kerinduan pelukanNYA

    Iman daerah RASA HATI… daerah tiada huruf dan tiada suara
    Takkan diterima apalagi diterjemahkan oleh fikir dan logika
    Membangkitkan kesadaran diri dalam rasa ingat kepadaNYA
    Menembus Kesadaran Sejati hilang lenyap dalam pelukanNYA

    Imaaaan adalah CINTA bagaikan bouraq melintasi dua dunia
    Menjadi kendaraan yang indah untuk terbang kerumah idaman
    Tiadalah luntur melainkan berbuah kerinduan gemetar menyapa
    Dalam kenikmatan tiadalah yang ada selain Yang Maha ADA

    RAIHLAH “JATI DIRI MANUSIA”.. untuk

    MENGEMBALIKAN JATI DIRI BANGSA INDONESIA

    SALAM CINTA DAMAI DAN KASIH SAYANG

    ‘TUK SEMUA SAHABAT SAHABATKU TERSAYANG

    ” I LOVE YOU PUUUUULLLLLLLLLLL “

  13. QS Albaqarah ayat 165
    Dan diantara manusia ada orang orang yang menyembah tandingan tandingan selain ALLAH, mereka mencintainya sebagai mana mereka mencintai ALLAH… Adapun orang beriman sangat CINTA kepada ALLAH….

    AL A’RAAF 2.

    Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

    iman adalah cinta yang penuh dengan gejolak kerinduan
    salam sayang dan rindu sedulurku yang baik

  14. wongalus

    Terima kasih Kang Boed yang diberkahi Tuhan sifat luhur penuh belas kasih.. Salam damai muthmainah!

  15. wongalus

    Nuwun doa-nya ki Pengembara Jiwa, panjenengan estu lantip wicaksana saking kersaning Gusti Kang Akaryo jagad.. Alhamdulillah, kita semua memiliki sedulur yang memiliki keluasan dan kedalaman ilmu seperti yang panjenengan sampaikan di atas. Doa panjenengan pasti kembali ke Pendoa-nya.
    Salam segala yang penuh kebaikan untuk panjenengan sekeluarga juga. Salam dari titik yang paling hening dari lubuk hati saya.

  16. Hari Brawijaya Murti

    Matur Sembah Nuwun….Guru sejati

  17. eRandy RahmanO

    assalamualaikum…
    trus kakangmaz WONG ALUS…
    kiro2 nopo nggeh amaninipun Tuhan Penguasa Alam???

  18. Yth Mas Hari Brawijaya, nuwun juga utk panjenengan mas.

    Ytn Mas Randy R, lha kulo estu malah nunggu wewarah panjenengan… monggo dibeber bab meniko…

  19. Manusia akan menemukan Tuhan dalam ketidak mampuan , karena dalam ketidak mampuan menemukan hakikat sejatinya Tuhan itulah dia menemukan Tuhannya . Maha Besar Dia yang tiada terjangkau oleh akal , pikiran serta panca indera ………Subhanallah , Allahu Akbar

  20. zulfikar

    makanya jangan merasa manusia itu paling sempurna itu sudah takabur, yang sempurna itu hanya allah dan semua makluk hidup yang di ciptakan allah itu sama….binatang itu juga punya bahasa komunikasi sendiri dan punya adat kebiasaan sendiri yang bisa di mengerti oleh binatang itu sendiri,,…jadi rendah diri lebih baik dan bukan berarti diri ini rendah….

  21. MATI………..MENURUT SAYA ADALAH PROSES PERPISAHAN……….ANTARA JASAD DAN RUH.
    JADI MATI YG ANDA MAKSUDKAN ADALAH……KITA HARUS MEMISAHKAN ANTARA HAMBA DAN TUHAN …..ITULAH MATI…..
    KETERPISAHAN ITU………..TERJADI PADA NAFS…………….
    NAFS INI BENTUKNYA APA…YA..?????????????

  22. Bregud

    Kitab Garing dan kitab Teles adalah sebuah istilah yg diberikan oleh orang / sekelompok orang yg meng klaim dirinya sebagai ahli “kaji rasa “, yg pemahamannya didasarkan pada kebenaran pribadi, alias othak athik …gathuk.
    Tidak semuanya salah memang,…..tapi kalau hasil renungannye dijadikan pembenaran untuk kebenaran pribadi ( nafsu ), maka jelas hal ini bukan satu acuan / hujjah untuk menggapai kebenaran sejati.
    Allah….Tuhan Semesta Alam , telah memberi acuan melalui Kitab sucinya ( Al Qur’an ),yg didalamnya terkandung ayat 2 yg jelas dan samar…yaitu ayat 2 kauniyah( seluruh isi alam…termasuk diri manusia ).
    Manusia mmg diharuskan memikirkan semua itu….tidak dilarang, namun tetap pada koridor baku.
    Pada manusia yg hatinya dihinggapi penyakit, maka mereka cenderung mengotak atik ayat2 yg samar untuk kepuasan nafsunya…..dan ini sangat berbahaya, baik untuk orang lain maupun untuk dirinya sendiri.

  23. putu adam

    mantabbbbbb 10 jempol. tuhan maaf bila selama ini sifat dan wujud mu hanya visualisasi imajinasiku.

  24. e_&

    tes

  25. e_&

    coba

  26. aneh

    Cuma bisa tertawa dengan uraian di atas. Saya mau anggap bodoh, ya tidak juga karena yg ngepost pasti sudah yakin dengan tulisannya. Semua makhluk juga Tuhan yg menggerakkannya, tidak satupun makhluk yg tidak digerakkan oleh Tuhan itu sendiri. Tetapi seseorang yg mengenal kebathinan, apalagi sudah sampai tingkat malakul, pasti sudah taulah bahwa Tuhan hanya Ridho dengan budaya Islam dan budaya yg hanya sinkron dengan Islam itu sendiri.
    Tetapi bukan berarti Tuhan tidak membiarkan makhluk yg buta mata hatinya berkonspirasi membentuk peraturan bodoh. Kok kenapa Tuhan membiarkan itu sedangkan Tuhan itu tidak suka, seperti Tuhan tidak menyukai makanan babi tetapi kenapa kok manusia yg memakan babi, dibiarkan oleh Tuhan? Itulah yg disebut dengan permainan Tuhan.
    Tuhan bermain-main dengan mereka agar mereka terombang-ambing dan nanti sudah sampai waktunya DOOOR, seketika juga akan tau sendiri apa yg terjadi.
    Sayangnya orang yg menyampai kebathinan bukan yg sebenar kebathinan hakiki tetapi sayangnya sampai bahasa ke AKU an yg disebut diri yg EGO besar alias sok tau. Jika dia sampai lebih kepada terhubungnya diri pribadi dengan Tuhan itu sendiri, tentulah dari dirinya akan mencerminkan sikap hamba yg ta’at kepada Tuhan dan tidak akan bersikap yg berbentrok dengan kehendak Tuhan itu sendiri, kenapa? Karena bawaan di dalam diri adalah mengalir sifat2 Tuhan itu sendiri.
    Kok bisa ya yg sampai tingkat kebatinan itu tidak pernah sampai ketingkat itu, karena di HATI mereka tersimpan sifat munafik, sifat fasik dan sejenisnya, mereka terbutakan hanya dengan permainan yg Tuhan berikan, yaitu kelebihan yg membutakan. Tapi bukan berarti orang kebathinan tidak ada yg sampai tersambung ke hadirat Tuhan, ada walau jumlahnya sedikit. Tetapi sayangnya orang2 tersebut tidak pernah saya liat di pulau jawa ini tapi mereka semua ada di luar pulau jawa. Termasuk negara tetangga pun ada orang2 shaleh tersebut. Sikap mereka tawadhu terhadap Tuhan. Diri mereka mencerminkan diri Tuhan tetapi mereka menempat dirinya sebagai Hamba Tuhan. Perkataan mereka tidak pernah berbohong, apa yg dikatakannya selalu betul, apa itu kejadian masa lampau atau kejadian yg akan datang. Dan nasehat yg diberikan mereka bukan nasehat kosong tetapi nasehat yg mampu mengunah nasib sseorang jika orang yg dinasehati mengikuti dengan ikhlas. Orang tersebut diterawang tidak ada khodam atau apapun tetapi jika orang yg tingkat kebathinan yg tinggi melihat mereka, mereka di selimuti dengan nur berkilauan dan dijaga oleh para malaikat.
    Mereka mengikuti Islam dengan tawadhu, tidak pernah melakukan kebid’ahan dan tidak pernah sok tau. Perkataan mereka, perkataan doa, dan hanya doa yg baik yg keluar dari hati dan mulutnya. Mereka orang2 yg mengikuti Allah dan Rasul-Nya dengan ikhlas, mereka orang2 yg beriman dengan para malaikat, alquraan dan tidak membedakan nabi satupun. Tetapi perbuatan mereka tidak pernah riya, bukan mereka pura2 ga riya kayak orang sok2 kebathinan di pulau jawa ini (ada motif terselebung), tetapi bawaan hati mereka yg takut riya karena takut kepada Tuhan semesta alam. Nah, sebaiknya pelajari lagi, hal2 ghaib yg dipunyai itu hanya titipan dari Tuhan itu mencobai hamba-Nya, siapa yg buta dengan kelebihan itu atau semakin tawadhu dengan Tuhan. Nah kembali benahi iman yg benar dan ikhlas dengan aturan Tuhan jangan dengan AKU egois (IBLIS) yg bersarang di dada, AKU yg menjerumuskan ke liang neraka. Bertobat dan tinggalkan budaya yg tidak ada hubungan dengan Islam/budaya yg malah mengotori Islam. Tinggalkan budaya-budaya/adat setengah bugil, adat yg mengotori ISLAM itu sendiri. Selamat ber introspeksi diri, hehe…

  27. bicara soal keimanan, orang yang mengaku beriman masih takut lapar….contohnya: suatu ketika di pengajian ada penceramah agama kemudian diadakan diskusi…pertanyaannya: bolehkah umat islam kaya, apakah kaya dilarang oleh agama? pada hal Allah sudah mengatur rezeki hamba-Nya sampai pada makhluk yang terkecil dan tidak bisa dilihat oleh mata kasat. urusan rezeki pun orang yang mengaku mempelajari ke-dalam-an islam tidak memahami arti rezeki itu sendiri. belum lagi menyangkut tentang sunah dan wajib, pada hal itu semua masih tingkat dasar. apalagi berpikir atau memikirkan dzat Allah, ada apa tidak…dibilang tidak ada, tapi ada karya-Nya. dikatakan ada kok tidak ada wujudnya…tambah angel maneh. terpenting amalkan sholawat, sholat, puasa, haji, sedekah, zikrullah di mana pun, kapan pun, terlihat atau tersembunyi. ridha dan ridha….lillahi ta’ala…

Tinggalkan komentar