Daily Archives: 4 Oktober 2009

KESURUPAN


Kesurupan berasal dari kata “Surup” yang artinya sore hari menjelang maghrib. Pada saat surup-surup inilah makhluk halus dengan mudah memasuki dimensi fisis.

Orang Jawa dulu biasanya memberi nasehat kepada anak-anaknya agar tidak keluar rumah menjelang mahgrib tiba. Sebab pada saat itu, para hantu ke luar rumah untuk berjalan-jalan. Bila mereka menemui anak-anak kecil, maka akibatnya anak tersebut akan mengalami kesurupan. Nasehat dan anjuran para sepuh Jawa ini tidak ada yang salah.

Setidaknya, ada aspek positifnya bila diterapkan pada masa sekarang. Yaitu pada saat maghrib, anak-anak diajari untuk tertib. Menghentikan aktivitas bermain dan kemudian diajarkan untuk ngaji, sholat atau beribadah lain. Anak-anak diajari untuk menghargai waktu sehingga mereka kelak akan memaknai waktu sebagai karunia Tuhan yang harus diisi sebaik-baiknya.

Kedua, anak-anak diajari untuk “waskita” atau memiliki kecerdasan kosmis untuk memandang segala sesuatu secara holistik, ya aspek fisik ya aspek metafisiknya. Kelak bila mereka sudah memasuki usia dewasa, akal mereka akan berpikir kenapa orang tua melarang bermain di waktu surup. Pembelajaran kewaskitaan di dunia pendidikan kini sudah tergerus oleh pemonorsatuan aspek kognitif/akal saja. Sementara pembelajaran yang menekankan pada optimalisasi aspek mental dan spiritual tercecer bahkan tidak lagi mendapat prioritas.

Budaya, mitos dan spiritual sesungguhnya adalah tiga aspek yang sangat penting untuk menyampaikan sebuah ajaran. Di dunia pendidikan, budaya harus dikembangkan karena setiap individu harus hidup di lingkungan sosial kemasyarakatan yang sudah ada tata nilai dan keyakinan bersama. Mitos adalah sarana agar ajaran-ajaran spiritual yang luhur tersebut tersampaikan dan mengendap di otak untuk jangka waktu yang panjang. Dengan paradigma BUDAYA, MITOS, dan SPIRITUAL inilah Kampus Wongalus ingin mengadakan perubahan pola pikir dan mindset kita bersama.

Mitos ini bisa disamakan saat kita mendongeng untuk anak-anak kita menjelang tidur. Dengan dongeng-dongeng, anak akan mudah menerima nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Padahal, dongeng itu kadang tidak masuk akal. Ini tidak jadi soal. Sebab kemanfaatan sebuah dongeng terletak bukan pada masuk akal atau tidak. Namun pada nilai-nilai yang dibawanya. Kelak, bila sudah dewasa mereka akan mudah memilah yang masuk akan dan tidak dengan sendirinya.

Fenomena kesurupan yang banyak terjadi di sekolah-sekolah, hakikatnya adalah pengingat pada pengambil kebijakan di dunia pendidikan agar tidak menomorsatukan aspek kognitif saja. Kurikulum pendidikan yang terlalu otak kiri sentris harus ditata kembali. Sehingga pengembangan otak kanan/ aspek emosional dan batiniah yang akan memberi kekayaan ngelmu kebijaksanaan kembali mendapatkan tempat. Apakah Bapak-bapak yang kini jadi Menteri Pendidikan, Dirjen, Para Pejabat Eselon di Departemen Pendidikan Nasional tidak ingat lagi ya… bahwa pendidikan itu obyeknya jelas manusia dan manusia adalah makhluk yang memiliki dimensi cipta, rasa dan karsa?…

Kesurupan adalah sebuah keadaan dimana makhluk halus memasuki jasad fisik seseorang. Makhluk itu akan menguasai pikiran, ucapan dan tindakannya sehingga orang akan hilang kesadarannya. Mahluk yang halus itu ada di mana-mana dan dia siap untuk memasuki tubuh siapa saja yang kesadarannya sedang “blank”.

Apa kesadaran “blank” itu? Yaitu fase dimana gelombang otak seseorang memasuki fase alfa teta. Anak-anak yang masih suka berkhayal paling mudah kena kesurupan/kerasukan/kerauhan. Bila orang dewasa masih suka berkhayal maka boleh jadi dia juga mudah kena kerasukan. Anak indigo yang gelombang otaknya sangat rendah juga sering mengalami kesurupan. Ada apa sesungguhnya di gelombang otak rendah ini kok kita mudah berhubungan dengan makhluk halus? Sebab makhluk halus itu gelombang fisiknya juga rendah dan tertangkap oleh kesadaran kita yang sedang memasuki alam yang ada di gelombang rendah pula.

Ini berbeda dengan meditasi untuk menurunkan gelombang otak hingga mencapai titik hening. Dalam meditasi, diri sejati kita tetap akan menjaga agar tidak ada energi halus dari luar diri yang akan masuk dan menguasai kesadaran kita. Bila orang kesurupan berarti kesadarannya nol persen, maka kesadaran orang meditasi adalah seratus persen. Ini sebab kenapa orang meditasi tidak pernah kesurupan. Kecuali bila memang dikehendaki. Lho kok gitu? Ya, sebab ada pula jenis meditasi yang memang menginginkan agar kesadarannya dimasuki oleh makhluk halus. Jadi memang disengaja demikian.

Jenis meditasi ini bisa kita temui pada teknik perdukunan yang menggunakan teknik perewangan, yaitu seorang medium yang melakukan meditasi dan kemudian mengalami “kesurupan” disengaja. Biasanya, orang-orang dewasa memanfaatkan kesurupan disengaja ini untuk mencari nomor lotre, mencari barang hilang, mencari penjahat (digunakan oleh aparat kepolisian) dan lain-lain.

Sebelum hadirnya agama-agama di nusantara, kepercayaan asli nenek moyang kita dulu ya seperti ini. Yaitu kepercayaan adanya banyak yang adikodrati yang menguasai benda-benda, pohon, gunung, bebatuan dan lain-lainnya. Kini mereka yang masih memiliki keyakinan seperti ini dalam khasanah ilmu antropologi disebut dengan Shamanisme. Keyakinan animisme, dinamisme dan shamanisme ini tidak bisa dipisahkan secara tegas. Sebab, pada praktiknya hampir sama meskipun beda obyek sesembahannya.

Untuk membuka jalur komunikasi yang adikodrati, manusia memerlukan seseorang yang pandai untuk mengalami kesurupan yang disengaja tadi. Oleh masyarakat, orang pandai (wong pinter/wong tuwo) ini kemudian dijadikan pemimpin ritual. Dia dihormati, diajeni, dituakan, ditakuti karena memiliki kelebihan dan dianggap sebagai utusan dari dunia adikodrati. Ucapannya ditaati dan tindak tanduknya dijadikan contoh kebaikan.

Untuk melalukan komunikasi dengan dunia metafisis tadi, si wong pinter yang pemuka adat ini biasanya melalukan ritual. Hakekatnya sama dengan para penganut agama dalam masyarakat modern. Ritual itu adalah cara melakukan kontak (menghubungkan) antara yang adikodrati dan manusia. Setidaknya ada syarat yang harus ada dalam sebuah upacara ritual: doa/mantra, korban sesembahan, harapan/permintaan.

Upacara ritual digunakan untuk memberikan sebuah persembahan kepada yang supranatural dengan mantra-mantra khusus untuk meminta mereka melakukan berbagai aktivitas. Jadi selain bermakna filosofis, upacara ritual juga bermakna mistis. Misalnya penyembuhan, mendatangkan keberuntungan, banyak rezeki, keselamatan dan sebagainya. Sang dukun kemudian “kerasukan.” Bisa juga orang lain sebagai medium yang bersedia badannya dimasuki para makhluk gaib itu. Upacara ritual biasanya juga diadakan untuk membimbing arwah orang yang sudah meninggal menuju alam barzakh/alam kelanggengan.

Terkait dengan teknik kesurupan yang disengaja tadi, ada baiknya kita mengambil rujukan tradisi shamanisme purba yang ada di banyak peradaban kumo. Kenapa? Sebab itulah awal mula tradisi kesurupan yang disengaja.

Kata “shaman” diambil dari bahasa Tungusik yang digunakan oleh suku bangsa Tungusik di wilayah Siberia dan Asia Tengah. Istilah shaman sendiri mulai dipakai secara luas oleh kalangan antropolog sejak diterbitkannya karya Mircea Eliade yang berjudul “Shamanism; Archaic Techniques of Ectasy” (Shamanisme; Teknik Kuno Mencapai Ekstasi). Eliade menyebut shamanisme sebagai teknik ekstasi yang tidak serupa dengan bentuk ilmu hitam, sihir atau bahkan pengalaman ekstasi keagamaan.

Shamanisme telah berusia lebih dari 40 ribu tahun. Kata shaman disamakan dengan “dukun”, “tabib”, “psychopomp”, mistik, dan puitis. Apa yang membedakan shaman dengan para pemimpin spiritual jaman sekarang adalah kemampuannya untuk melakukan teknik trance (kerasukan).

Pada saat tak sadarkan diri, jiwa si dukun akan pergi dari tubuhnya dan menuju alam lain dengan panduan arwah lain. Ia dapat melakukan penyembuhan dalam banyak tingkatan; secara fisik, psikologi, dan spiritual. Dalam konsepnya, jiwa seseorang dianggap sebagai tempat tinggal nafas kehidupan dan raga. Setiap sakit fisik sudah pasti disebabkan sakitnya jiwa. Penyakit pikiran menyebabkan penderitaan diri, kekacauan dan ketidaksadaran diri.

Ada banyak sekali jumlah sembahan yang diyakini masyarakat dulu seperti para dewa, roh-roh dan setan. Dewa tertinggi menjadi raja para dewa yang menguasai alam lain di langit dan gunung. Kepercayaan shamanisme juga meyakini makhluk halus/roh-roh yang mendiami hutan, gua keramat, batu-batuan, rumah-rumah dan desa, juga hantu-hantu orang yang meninggal secara tidak wajar. Roh-roh ini dipercaya mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi atau memberi keberuntungan bagi manusia.

Maka, dalam keyakinan shamanisme, kehidupan manusia ini banyak diikuti oleh cawe-cawe para mahkluk gaib untuk membantu hidup manusia. Dan si dukun shaman dianggap orang orang yang berpengaruh dan dijadikan tempat berkonsultasi untuk suatu keperluan. Mulai sakit fisik hingga meramal nasib. Mulai awal tahun 1970-an, ritual-ritual khususnya di Jawa mulai ditinggalkan secara bertahap. Masyarakat modern saat ini menganggap shamanisme hanya sebagai takhayul dan meskipun dianggap takhayul, toh masih banyak yang diam-diam menggunakan jasa para dukun untuk memenuhi kebutuhan dunia mereka.

Untuk meminta petunjuk supranatural setidaknya kita mengenal dua cara kesurupan yang disengaja. Yaitu dengan tari-tarian atau gerakan ritmis tertentu sehingga kesadaran penarinya turun, kondisi jiwa saking “asyiknya” dan kemudian memasuki fase “trance”. Pada pada saat itu, sebenarnya sang penari akan mengalami kesakitan fisik dan jiwa.

Pengalaman ini diyakini adalah upaya penerimaan dan penyatuan secara penuh dengan arwah leluhur sehingga saat sadar nantinya kesehatannya akan semakin baik. Jenis kedua, dukun yang mengalami kerasukan mampu melakukan peramalan melalui tuntunan suara gaib dari dua jenis makhluk. Yaitu dari bisikan mistis makhluk halus maupun dari ruh orang-orang yang sudah meninggal.

BERBAHAYA

Hal utama yang membahayakan terjadi saat proses kesurupan. Bila jiwa kita bersedia untuk dijadikan medium makhluk halus maka jiwa akan mudah mengalami penderitaan yang dicirikan dengan hilangnya nafsu makan, insomnia, serta halusinasi visual dan pendengaran. Untuk menyembuhkan sakit ini diperlukan ritual yang melibatkan dukun yang lain.

Proses kesurupan juga terjadi pada seseorang yang terkena guna-guna atau santet. Yang sering ditemui adalah korban tidak mau makan dan mengalami penurunan kesehatan tubuh. Di jenis yang lain kadang-kadang diikuti sakit psikis, kegoncangan mental. Tubuh mereka akan melemah dan kejang-kejang dalam beberapa kasus diikuti buang air darah. Ia juga akan mengalami sakit jiwa dan halusinasi dengan pikiran yang sangat lelah karena mengalami kontak dengan alam gaib. Makhluk halus yang merasuki korban bahkan dapat bertahan dalam waktu lama, rata-rata 8 tahun dan bahkan puluhan tahun.

Dalam beberapa kasus, korban yang berpenyakit jiwa ini menjadi sangat ekstrim, lari dari rumah dan berkeliaran di mana-mana. Keluarga korban dan para tetangga pun lama-lama jenuh untuk merawat. Bahkan mereka kadang tega untuk memasung korban karena membahayakan akibat perilakunya yang cenderung agresif. Para tetangga pun akhirnya menjauhi keluarga korban yang dianggap tidak mampu merawat korban dengan baik.

Gejala ini tidak dapat disembuhkan dengan pengobatan modern karena akan memperparah sakit jiwanya. Sakit ini harus disembuhkan dengan mengadakan upacara gaib untuk mengembalikan jiwa si korban yang telah keluar dari tubuh dan berkelana entah kemana. Tragis memang…

Maka, bila kita sudah memiliki “agama” sebagai “ageman” atau “pakaian” atau “jalan” yang diyakini sudah lurus, maka alangkah idealnya bila kita juga melaksanakan berbagai ritual di dalamnya. Memasuki dimensi batiniah agama (tasawuf/sufistik), juga menyaratkan kita agar tetap eling dan waspada lho.

Ada kalanya dogma yang dipahami secara keliru akan justeru memasukkan kita dalam kondisi kesurupan. Ini biasa terjadi saat pedzikir diperintahkan oleh sang guru dzikir yang dipercaya sebagai orang suci. Dzikir yang tidak dituntun oleh akal budi hakikatnya juga sama dengan praktik shamanisme. Inginnya mencapai kesadaran/kecerdasan spiritual dan mendapatkan makrifat, namun yang terjadi malah kegilaan. Semoga kita selalu awas, eling dan waspada dengan hal ini.

wongalus

Categories: KESURUPAN | 5 Komentar

MAK EROT: PAHLAWAN PARA PRIA


Sudah diberi yang normal, tetap pengen yang abnormal. Itulah watak dasar nafsu dan keinginan manusia yang tidak puas dengan apa yang dimiliki. Soal kelamin juga. Sudah ukurannya panjang, pengen yang lebih panjang dan besar lagi. Dasar lelaki!

MAK EROT

FOTO: SAEPULOH, PEWARIS ILMU MAK EROT

“Saya ya untuk kawin lagi, pengen ngeseks terus. Nggak cukup bila cuma satu perempuan,” ujar Wak Jo, penjual sepeda di pasar tradisional. Wak Jo adalah pasien Mak Erot yang akhirnya memutuskan menikah lagi setelah membesarkan sang burung.

Pria 45 tahun ini menceriterakan pengalaman seksnya yang membahagiakan setelah si burung miliknya semakin mantap kepada nara sumber saya. “Tiga empat jam ngeseks nggak terasa loyo. Isteri saya yang keteteran… Saya kasihan bila dia sendiri yang ngadepi saya. Mending saya kawin lagi. Sekarang sudah lumayan ada dua musuh tanding (perempuan yang melayani hasrat seks, maksudnya).

Wah..wah… mungkin enak kali ya, hidup seperti Wak Jo. Enteng dan bisa melampiaskan hasrat seksual sesuai keinginan/karep.

Ya, tidak ada nama yang lebih kondang untuk urusan pembesaran alat vital pria ini dibandingkan Mak Erot. Di pinggir-pinggir jalan berbagai papan yang menyebut namanya dipajang. Tidak sedikit yang mengaku sebagai pewaris ilmu metafisis klinis khusus untuk pria tersebut.

Teknik pengobatan alternatif yang dipakai Mak Erot secara sederhana bisa dijelaskan sebagai berikut:  Pertama, pasien yang datang untuk mengungkapkan keinginannya membesarkan alat vital. Mak Erot menyetujui dan kemudian  menawarkan berapa besar ukuran yang diinginkan pasien dengan bambu. Misalnya, ada bambu ada yang berukuran 2,5 cm x 23 cm, ada pula bambu yang berukuran 3 cm x 26 cm dan seterusnya.

Bila pasien sudah menentukan pilihan besarnya kelamin yang diinginkan, maka mulai dilakukan prosesi ritual. Bambu tersebut dimasuki lontong (makanan empuk dari nasi) dan kemudian pasien diminta untuk lontong yang sudah diberi jampi-jampi dan mantra pembesar alat vital yang hanya dimiliki Mak Erot.

Pasien tidak boleh berhubungan seks dan menggunakan alat vitalnya selama tiga hari. Dan setelah tiga hari tersebut, maka si burung akan membesar seperti yang diharapkan pasien. Di hari keempat, pasien sudah boleh test drive kemampuan burungnya untuk bertempur habis habisan.

Nah, apa ada upaya medis kedokteran bisa melakukan pembesaran si burung yang tanpa operasi? Di dunia medis manapun, teknik pengobatan ala Mak Erot ini tidak ditemukan. Kecuali di dunia gaib.

Tentu saja Mak Erot menggunakan kemampuan supranatural. Jampi-jampi dan mantra diolah untuk menyedot energi dari luar diri pasien yaitu energi dari makhluk lain. Ingin membuktikan kehebatan kesaktian ilmu Mak Erot?

Yang jelas, banyak pasien yang sudah terbantu oleh ilmu bikinan Mak Erot. Dari komentar di media dan dengar-dengar dari cerita teman di warung kopi, sudah banyak yang membuktikan keampuhannya. Bahkan, si pasien yang burungnya sudah membesar ini akan kuat dan tahan lama berhubungan seks dengan isterinya.

Siapa sebenarnya Mak Erot? Wanita ini aslinya warga Cigadog, Desa Caringin, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Konon, hingga meninggal pada tahun 2008 kemaren usianya lebih dari 130 tahun lalu. Dia adalah anak dari pasangan Boi dan Layi.

Pengobatan tradisional pembesaran dan pemanjangan alat vital sudah dilakukan Mak Erot sejak zaman penjajahan Jepang. Saat itu, jasanya juga dipakai oleh para serdadu Jepang yang doyan perempuan.

Berbeda dengan pengobatan lain, pengobatan ala Mak Erot adalah murni tradisional, yaitu melalui terapi mantra dan doa. Pengobatannya diklaim tidak mengakibatkan efek samping.

Maraknya pengobatan yang mengatasnamakan Mak Erot membuat keluarga Mak Erot tergugah untuk menggarisbawahi bahwa hanya ada satu Mak Erot dengan satu pewaris tunggal kemampuannya, yaitu H Saepulloh.

Salah satu pemikiran Mak Erot soal pentingnya membuat alat vital pria menjadi sehat adalah karena seks merupakan kebutuhan yang tidak bisa digantikan, kebutuhan sebagai manusia yang secara kodrati memiliki pasangan hidup.

Walau banyak orang yang malu mengaku pernah berobat atau bahkan yang mengolok-olok, pengobatan Mak Erot secara faktual banyak yang sudah membuktikan keampuhannya. Jasanya juga dipakai beragam kalangan mulai warga biasa, pejabat negara hingga kaum selebritis.

Bagaimana dengan meninggalnya pahlawan bagi para pria ini? Anda tidak perlu cemas bila sekarang Mak Erot sudah dipanggil Tuhan Yang Maha Esa. Sebab, ilmunya telah diwariskan kepada H Saepulloh. Dia inilah adalah pewaris tunggal Mak Erot yang dipercaya mampu mendapatkan daya linuwih Mak Erot.

Terlepas boleh- tidak boleh, halal – haram…Jujur saja, siapa ingin  “jimat” nya berubah sekuat besi, sebesar bambu dan selincah emprit?

wongalus

Categories: MAK EROT | 43 Komentar

CARA MEMBUAT RAJAH


Menurut Kamus, Rajah adalah (1) suratan (gambaran, tanda) yang dipakai sebagai azimat (untuk penolak penyakit dan sebagainya ); (2) garis pada tapak tangan; guratan tangan; retak tangan; (3) coreng-coreng (cacahan) pada tubuh yang dibuat dengan benda tajam; tato dengan tujuan menghimpun daya metafisis tertentu.

Dari definisi rajah yang singkat tersebut, bisa dipaparkan bahwa rajah merupakan gambar-gambar/tulisan yang memiliki simbol tertentu. Simbol adalah tanda-tanda khusus yang hanya dibaca oleh mereka yang memiliki kepentingan. Misalnya, rambu-rambu lalu lintas. Kucing, semut atau anjing tidak perlu takut duduk untuk memarkir tubuhnya apabila ada rambu dilarang parkir di pinggir jalan. Hanya manusia yang mengendarai mobil/motor saja yang wajib mentaati rambu tersebut.

Begitu pula rajah. Rajah adalah simbol yang hanya bisa “dibaca” dan diterjemahkan oleh makhluk halus. Maka, manusia jenius sekaliber Albert Einstein pun pasti garuk-garuk kepala bila diminta untuk membaca rajah yang dibuat oleh kaum paranormal kita. Sebab bentuknya aneh, unik dan lebih banyak tidak masuk akalnya dibanding dengan masuk akal. Kadang ada yang berbentuk sesuatu, namun ada yang bentuknya tidak berbentuk alias abstrak. Pokoknya, susah dianalisis dengan akal sehat. Apalagi ditambah tidak adanya ilmu yang bisa dipakai untuk pisau analisa. Sepanjang pengetahuan saya, belum ada di perguruan tinggi manapun yang membuka studi khusus soal cara membuat rajah ini.

Sejarah peradaban manusia mulai peradaban mesir kuno hingga postmodern sekarang ini masih membuktikan bahwa rajah masih tetap eksis dipakai di masyarakat. Bahkan di dinding-dinding gua manusia purba, para arkeolog juga menemukan banyaknya gambar-gambar mistis. Namun, di dalam gambar-gambar mistis manusia purba biasanya malah lebih mudah diterjemahkan artinya dibanding rajah.

Rajah dibuat oleh sekelompok manusia yang memiliki kelebihan setelah menjalani laku khusus dan situasi khusus. Biasanya, yang membuat adalah kalangan spiritualis yang bisa berkomunikasi dengan makhluk-makhluk halus karena kalangan ini mampu untuk membuat tanda-tanda gambar dengan tujuan mengajak makhluk-makhluk gaib mengikuti keinginan pembuat rajah. Sehingga ada banyak ragam dan jenis rajah yang dikenal di negeri kita sebanyak jumlah pembuatnya.

Cara membuat rajah sangat sederhana. Setelah bermeditasi sejenak dan koneksi dengan mahluk-mahluk halus terjalin untuk berkomunikasi dengan makhluk bikinan Tuhan tersebut. Selanjutnya, tangan si pembuat rajah mencoret-coret di media kertas/kain/logam atau media lain. Ada juga yang digoreskan di tubuh yang disebut dengan tatto. Jadi tatto dibuat tidak hanya bernilai estetis, namun juga ada maknanya. Tatto yang dibuat oleh seorang paranormal dengan tujuan khusus tentu saja berbeda dengan tatto yang dibuat hanya untuk kepentingan keindahan tubuh. Sama nama, beda tujuan.

Membuat rajah oleh sebab itu tidak sulit. Cukup disediakan bulpen bertinta hitam atau biru. Tinta tersebut digoreskan di berbagai media sesuai dengan keperluan. Misalnya, bila ada seorang yang merasa stress karena banyak persoalan hidup, rajah cukup ditulis di pinggir piring. Piring kemudian dikasih air putih dan air putihnya diminum.

Rajah bisa ditulis di kain atau kertas dan dibungkus dengan kain atau bisa juga dibuka/ditempel di tempat-tempat tertentu. Rajah ini biasanya digunakan bagi mereka yang membutuhkan agar rumah/pekarangan/tempat kerja bebas dari gangguan makhluk halus. Biasanya gedung gedung bank juga diberi rajah agar uang yang disimpan tidak dicuri oleh makhluk halus tuyul. Bisa juga diukir atau disayatkan pada jimat-jimat.

Rajah kadang ditambah dengan Kata dalam berbagai bahasa. Bahasa Arab bisa, Bahasa Inggris bisa, Bahasa Jawa, Bahasa Batak, Bahasa Melayu. Bahkan bahasa jin juga mungkin dibuat kalau paranormalnya bisa. Rajah yang baik itu sederhana, komunikatif dan ampuh. Komunikatif artinya mudah dipahami oleh makhluk halus dan ampuh artinya mampu menyedot perhatian makhluk halus kemudian mengikuti perintah pembuatnya. Rajah yang tidak komunikatif dan tidak ampuh akan diabaikan atau diacuhkan oleh makhuk halus. Berikut ini contoh rajah :

RAJAH AGAR TUYUL TIDAK BERANI MENCURI

RAJAH TUYUL TIDAK MENCURI

RAJAH AGAR MAKHLUK HALUS TIDAK MENGGANGGU RUMAH

RAJAH JIN TIDAK MASUK RUMAH

RAJAH KEWIBAWAAN

RAJAH KEWIBAWAAN

RAJAH KEKUATAN DARI SERANGAN GAIB

RAJAH SERANGAN GAIB

RAJAH PEMIKAT LAWAN JENIS

RAJAH PEMIKAT LAWAN JENIS

Categories: MEMBUAT RAJAH | 98 Komentar