Daily Archives: 27 Januari 2010

ILMU PANGLEBURAN BADAN ANGLEBUR SAKEHING DOSA


Bangsa kita kini terpuruk dan dirundung duka berkepanjangan akibat krisis multidimensi. Salah satunya adalah salah urus atau mismanajemen. Pemberantasan korupsi masih tebang pilih bahkan yang terjadi adalah mafia peradilan. Pemberian kebijakan yang menguntungkan segelintir pihak dan merugikan hampir semua pihak.

Kaum birokrat sibuk mencari cara untuk mempermainkan uang masyarakat yang dikumpulkan dari pajak dan retribusi dengan dalih pembangunan. Bangsa kita yang semakin terpuruk ini perlu TOBAT NASIONAL. Caranya mudah. Yang sulit adalah KEMAUAN DAN NIAT. Kemauan bahwa masing-masing individu harus menyadari kesalahannya (introspeksi) dan melakukan tobat dengan niat untuk melebur semua dosa yang telah dilakukannya dan berjanji tidak mengulangi lagi. Selanjutnya bersama-sama menjalani peran sesuai dengan garis kebenaran hati nuraninya.

Sehubungan dengan tobat tersebut, berikut ada amalan Jawa untuk melebur semua dosa kita termasuk membuka pintu anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Anugerah itu berupa kesabaran menghadapi ujian hidup dan menjauhkan diri kita dari iri dengki. Anugerah Tuhan lainnya adalah menjadi ingat dan tidak lupa pada Tuhan, tidak lupa terhadap kewajiban hidup kita untuk menyembah-Nya.

Laku amalan ini yaitu membaca mantra ini tiga kali tanpa berhenti usai menjalani ibadah sholat tahajut di sepertiga malam terakhir. Mantranya sebagai berikut:

“SIR ELING URIP, DZAT ELING URIP, MUNGKUL ELING SAJATINING URIP, LEBUR BADAN DADI NYAWA JABA JERO NYAWA KABEH, LEBUR NYAWA DADI SUKSMA JABA JERO SUKSMA KABEH, LEBUR SUKSMA DADI CAHYA JABA JERO CAHYA KABEH, LEBUR CAHYA DADI ROH IDLAFI JABA JERO ROH IDLAFI KABEH, LEBUR ROH IDLAGI DADI RASA JABA JERO RASA KABEH, DZAT NYATA KANUGRAHANING ALAM PADHANG DINA PANJANG, TUNJUNG RAGA DADI RASA, PARANE HU DZATULLAH ANA RASA SAJRONING KARSA SAMPURNANING MEKRAL, ELING SATITIK MULYAKU SAKING BADANINGSUN, ALLAH KANG AGAWE ENDAH LUWIH, IBU GUMIWANG APADANG MANCORONG KAYA WULAN, KANG AMEKRAT ILANG RAGA BADANKU ILANG, SIRNA RAGA BADAN TAN ANA KARI SUKSMA LUHUR KARI LUWAR, SIR BADANINGSUN, NYIPTA RAHAYU NEPSUNINGSUN, RASA IYA INGSUN, KANG JUMENENG HIDAJATULLAH JENENGINGSUN, TAJALULLAH KANG TETEP BUMI SUCI, MANIK MAYA PUTIH, MANIK MAYA LENYEP, ALLAH URIPINGSUN, MUHAMMAD PANGUCAPINGSUN, RASULULLAH RASANINGSUN, IYA BADAN IYA NYAWA, IYA ALLAH IYA RASA, SUKSMA ELING RASA URIP SAJATINING ANA”

@wongalus,2010

Categories: ILMU PANGLEBURAN BADAN | 8 Komentar

ILMU RAJAH KALACAKRA


Sejarah mencatat kehebatan ilmu Rajah Kalacakra. Suatu ketika, keris Sunan Kudus  yang namanya keris Kalacakra dirajahkan ke kursi tempat pertemuan antara Sultan Hadiwijaya/Jaka Tingkir dan Pangeran Arya Penangsang/Aryo Jipang Panolan. Namun ternyata berakhir dengan senjata makan tuan karena Sultan Hadiwijaya sudah diperingatkan oleh Sunan Kalijaga untuk menukar tempat duduk dengan Arya Penangsang karena kursi yang sudah dipersiapkan oleh Sunan Kudus untuk beliau telah dirajah dengan rajah kalacakra yang dapat mengakibatkan semua kesaktiannya hilang bahkan lumpuh total.

Sultan Hadiwijaya meminta kepada Arya Penangsang untuk menukar tempat duduk.  Karena tersinggung dengan permintaan tersebut, Pangeran Arya Penangsang pun menyanggupinya padahal dia paham bahwa Sunan Kudus sudah menorehkan Rajah Kalacakra yang bila diduduki akan fatal akibatnya. Akibatnya seketika itu juga semua ilmu kesaktian Arya Penangsang sirna.

Sultan Hadiwijaya kemudian menyuruh Ki Ageng Pamanahan beserta anak angkatnya Raden Ngabehi Lor Ing Pasar atau Raden Sutawijaya mengadakan perang tanding kembali. Arya Penangsang tewas mengenaskan dengan perut robek terburai sampai ke usus akibat ditusuk tombak Kyai Plered. Sedangkan keris sakti milik Pangeran Arya Penangsang sendiri yaitu Kyai Setan Kober yang legendaris tersebut seperti tawar ketika menghadapi tombak Kyai Plered.

Begitu kisah singkat kehebatan Rajah Kalacakra yang pernah dikuasai salah seorang Wali Sanga yaitu Sunan Kudus/Syech Jafar Shodiq. Rajah Kalacakra Sunan Kudus ini konon sampai sekarang masih dilestarikan salah satu keturunan beliau yang tinggal lokasi Masjid Agung Kudus yaitu dimiliki ulama yang masih dihormati disana.

Ilmu Rajah Kala Cakra merupakan ilmu yang banyak digunakan oleh para jawara masa lalu di antaranya menawarkan ajian, menyerang balik kekuatan gaib musuh dan memiliki kekuatan menyerang makhluk halus hingga terluka parah. Rajah Kalacakra juga ampuh untuk mengusir makhluk halus jahat dengan cara memasangnya di tempat-tempat yang dicurigai ada makhluk halusnya.

Untuk memulai ilmu ini baca:

SANG HYANG SUKMO SEJATI RAJA KALACAKRA INGKANG KULO WAOS NYUWUN BAROKAH PADUKO INGKANG DADOS KEKUJENGAN.

Selanjutnya baca mantra:

“YAMAROJA JAROMAYA, YAMARANI NIRAMAYA, YASILAPA PALASIYA, YAMIDORO RODOMIYA, YAMIDOSA SADOMIYA, YADAYUDA DAYUDAYA, YASIYACA CAYASIYA, YASIHAMA MAHASIYA”

Cara untuk mendapatkan ajian ini adalah melaksanakan puasa 3 hari. Hari terakhir melakukan patigeni. Mantra dibaca 313 kali pada malam hari ketika sedang berpuasa. Sesudah puasa mantra dibaca 3 kali tiap hari. Untuk menggunakan ajian ini, mantra cukup dibaca sekali dan niatkan dalam hati apa yang dikehendaki.

BANYAK VERSI

Banyak versi dari mana rajah kalacakra ini berasal. Di dalam khasanah Hindu Budha juga sudah lama dikenal. Di dalam Buddhisme dikenal “Kalachakra Vajra” yang konon sudah ada sejak zaman Arya Sakyamuni Buddha saat membabarkan Dharma/Ajaran Kebenaran. Kalachakra Vajra merupakan satu dari lima Maha Vajrasatva atau pelindung Dharma Rahasia dan Para Penekunnya. Kalachakra secara filosofis bermakna roda raksasa simbol waktu.

Roda raksasa di dalam waktu bisa melahirkan dan menumbuhkan segalanya, seluruh insan, seluruh makhluk dunia, semuanya dihasilkan di dalam roda raksasa dari waktu, tumbuh, kuat, lemah, kemudian, mati, semuanya di dalam roda raksasa dari waktu. Kalachakra mengendalikan waktu tiada awal, semuanya berada di dalam lingkup kendali-Nya, termasuk waktu dan ruang. Semua pembentukan ruang, juga dikendalikan oleh Kalachakra, seperti matahari, bulan, 9 planet besar, seluruh bintang di alam semesta, tanah, air, api, angin, semuanya di dalam kendali Kalachakra.

Keberhasilan memahami “Kalachakra” bebarti mampu menguasai tanah, air, api, dan angin hingga mencapai tingkat “Buddha Kalachakra”. Di dalam proses bersadhana akan dihasilkan kedayagaiban yang berasal dari tanah, air, api, dan angin alam semesta. Dengan melatih “Kalachakra” berarti melatih tanah, air, api, dan angin, karena kita sudah menyatu dengan yoga tanah, air, api, dan angin alam semesta kekuatan sadhana kita sendiri. Sehingga kita bisa mengendalikan gempa bumi, mengendalikan gunung berapi, mengendalikan kadar hujan, mengendalikan angin topan dan petir.

VERSI MAS KUMITIR (www.alangalangkumitir.wordpress.com)

Rajah Kalacakra ditempelkan pada pintu-pintu rumah.  Pembuatan Rajah Kalacakra Balik adalah menulis  huruf hanacaraka secara terbalik urutannya, dimulai dengan nga ta ba ga ma sampai ka ra ca na ha dilakukan dengan cara sebagai berikut :

* Ditulis melingkar diatas lempengan emas,
* Sebelumnya melakukan puasa selama 40 hari, hanya berbuka sekali pada tengah malam saja,
* Pati geni selama sehari semalam penuh,
* Lempengan emas yang sudah menjadi rajah di tanam pada tembok atau ditanam pada tanah. Penanaman ini dilakukan dengan cara sunduk sate.
* Penulisan huruf dengan aksara Jawa.

Rajah Kalacakra ditulis pada kain atau kertas yang berwarna putih kemudian ditempel pada tembok atau pintu depan rumah. Penggunaan  warna tinta dengan menggunakan dua warna, misalnya hitam dan merah. Dalam menulis rajah ini, dengan syarat-syarat sebagai berikut :

* Melakukan puasa selama 21 hari,
* Setiap jam 1 malam harus membakar dupa  selama puasa.

Wallahu’al’lam.

@wongalus,2010

Categories: ILMU RAJAH KALACAKRA | 16 Komentar