Daily Archives: 18 Oktober 2010

MEMBACA ULANG CAHAYA


Kepada Guruku Al Ghazali, Terima kasih 39756 x…..

ALLAH ADALAH CAHAYA LANGIT DAN BUMI. PERUMPAMAAN CAHAYA-NYA ADALAH IBARAT SEBUAH MISYKAT. DALAM MISYKAT ITU ADA PELITA. PELITA ITU DI DALAM KACA. KACA ITU LAKSANA BINTANG BERKILAU. DINYALAKAN DENGAN MINYAK POHON YANG DIBERKATI, YAITU POHON ZAITUN YANG BUKAN DI TIMUR MAUPUN DI BARAT. YANG MINYAKNYA NYARIS MENYALA SENDIRI-NYA WALAU TIDAK DISENTUH API. CAHAYA DI ATAS CAHAYA! ALLAH MENUNTUN KEPADA CAHAYA-NYA SIAPA SAJA YANG IA KEHENDAKI DAN ALLAH MEMBUAT PERUMPAMAAN BAGI MANUSIA. SUNGGUH ALLAH MENGETAHUI SEGALA SESUATU. (QS AN NUR: 35)

Itulah satu ayat di dalam Surat An Nur: 35. Entah kenapa, saya sangat senang dengan ayat yang di kalangan ahli hikmah disebut sebagai ASMAK NURUL QOLBU ini. Sejak lama saya begitu menyukai keindahan bahasa ayat tersebut sekaligus penasaran dengan makna kata “Cahaya.” Tentu Tuhan tidak membuat perumpamaan secara sembarangan, sebagaimana juga dia membuat perumpamaan-perumpamaan lain di dalam Kitab Suci. Tentu ada makna dan hikmah yang besar bila kita mau bertafakkur, memikirkan dan merenungkan kandungan-kandungannya secara mendalam dan intensif.

Selain di ayat tersebut, kata “Cahaya” juga disampaikan oleh Nabi SAW dalam sabdanya: “Allah mempunyai tujuh puluh ribu hijab (tirai penutup) cahaya dan kegelapan. Seandainya IA menyibakkannya niscaha cahaya-cahaya wajah-NYA akan membara siapa saja yang memandangnya”

Saya yakin meskipun belum memulai, begitu kita masuki tabir-tabir rahasia di dalamnya, kita akan mendapati sebuah pengertian dimana kita akhirnya merasa bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa sedang memberi pembelajaran pada kita agar senantiasa mensyukuri berkah dan karunia untuk memikirkan bahasa-bahasa simbolik dengan akal budi. Kita akan memasuki sebuah pendakian spiritual hingga memasuki persada ketuhanan yang berseluk beluk dan sangat tinggi. Tentu saja, kita terkadang tidak diperkenankan untuk menceritakan kepada mereka yang “belum sampai.” Tidak setiap hakikat boleh dijelaskan karena nanti akan membuat kebimbangan dan kekeruhan. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh seorang yang arif: “Mengungkapkan rahasia Ilahi adalah kekufuran”

Namun, bila rahasia Ilahi itu disampaikan pada saat yang tepat, saya kira tetap mendatangkan manfaat sebagaimana disampaikan oleh seorang penyair: “Barangsiapa memberikan ilmu kepada yang tidak patut menerimanya, sama saja dengan menyia-nyiakannya. Siapa saja yang menutup ilmu dari yang berhak mengetahuinya, sungguh ia telah berbuat aniaya yang sebesar-besarnya.” Semoga ini saat yang tepat untuk memohon pada-NYA agar membuka kunci-kunci rahasia tersebut.

Apakah itu CAHAYA? Cahaya adalah sebuah dzat yang darinya segala sesuatu itu tampak oleh mata kita. Kita menganggap sebuah benda misalnya daun memiliki warna tertentu. Namun sesungguhnya, kalau tidak ada dzat yang bernama cahaya apakah daun itu tetap berwarna hijau? Tentu saja warnanya hilang dan gelap tidak terlihat. Jadi syarat utama penampakan segala sesuatu di muka bumi ini adalah adanya CAHAYA. Karena kenyataan ini sebenarnya bertingkat-tingkat sesuai dengan wujud kesempurnaannya masing-masing maka kita bisa merumuskan bahwa ada satu-satunya syarat agar semua itu ada dan tidak ada syarat lagi bagi keberadaannya. Syarat itu adalah CAHAYA MAHA CAHAYA, Cahaya Tertinggi dan Terakhir, Cahaya Hakiki dan tiada cahaya lain di atasnya. Sang Causa Prima-nya Cahaya.

Penampakan segala sesuatu adalah NISBI karena tergantung pada sebab-sebab yang lain. Penampakan daun itu nisbi, penampakan manusia itu nisbi, penampakan dunia ini nisbi. Semuanya nisbi, relatif dan tidak absolut. Keberadaan semua yang ada ini bergantung pada sesuatu yang lain. Kita bisa melihat dan mendengar karena kita punya mata dan telinga (audio-visual), itu tingkat dasar. Tingkat selanjutnya, kita bisa memastikan segala sesuatu karena kita punya alat-alat untuk merasa (kinestetik) dan rasa lebih tinggi derajat kepastiannya dari mata dan telinga. Darimana indera rasa ini terletak dan berasal?

Akhirnya, kita akan sampai pada pemahaman tentang JIWA atau RUH melihat dan merasakan segala sesuatu. Sifatnya tidak terlihat namun menjadi sumber pengelihatan dan sumber kepastian-kepastian segala sesuatu. Jadi yang menentukan gelap terangnya dunia ini, yang menentukan luas sempitnya dunia, yang menentukan ada dan tidaknya dunia ini termasuk anda dan saya adalah RUH kita. Segala sesuatu itu terwujud bila RUH kita menghendaki untuk terwujud dan bila RUH kita tidak menghendaki, maka segala sesuatu termasuk dunia inipun tidak ada! RUH adalah CAHAYA SEJATI yang tidak memiliki daya cerap dan tidak pula mewujudkan pencerapan, tetapi ia menyimpan potensi KEHENDAK untuk mewujudkan segala sesuatu.

Jadi di dalam diri kita ini, ada CAHAYA SEJATI yang memiliki sifat sempurna yang tidak pernah keliru. Kebenaran absolut yang sesungguhnya. Ada kalanya ia dinamakan AQL, RUH atau NAFS. Namun sebaliknya kita lewati saya istilah-istilah ini agar tidak menimbulkan kebingungan saat membahas tentang cahaya ini. Bila mata kita tidak bisa melihat mata, maka RUH bisa melihat dirinya sendiri. CAHAYA yang bisa mencerap CAHAYA, pengetahuan tentang pengetahuan dan seterusnya. Bila mata tidak bisa melihat sesuatu yang terlalu jauh atau dekat, maka AQL atau RUH bisa terbang kemanapun yang dikehendaki, bisa terbang ke langit manapun dan turun ke langit manapun yang dikehendakinya. Hingga mampu memaknai HAKIKATNYA HAKIKAT, sampai pada hakikat segala sesuatu, samudra yang luasnya meliputi sifat-sifat-NYA, puncaknya puncak dan dasarnya dasar segala sesuatu. Pada titik penghayatan ini, kita akan memahami bahwa sesungguhnya manusia adalah CERMIN TUHAN… Innallaha kholaqo aadama alaa suurotini… Allah menciptakan Adam menyerupai citra-NYA.

Masalahnya adalah ruh, nafs dan akal yang bagaimana yang sesungguhnya bebas dari sifat relatif dan terbatas? Kita sadar bahwa diri kita yang sejati ini merupakan limpahan DZAT-NYA, namun kok dalam kehidupan sehari-hari kita masih diliputi oleh keterbatasan dan tidak mencerminkan khalifah di muka bumi ini? Jangankan khalifah, yang terjadi malah sering berbuat kerusakan dan melanggengkan kemunkaran. Menjadi manusia yang tidak tahu SANGKAN PARANING DUMADI, seperti tersesar di hutan belantara problem dunia fana, tidak tahu asal termasuk kebingungan jalan untuk pulang.

Kita ini ya Fir’aun sebagaimana yang disebut Tuhan di dalam kitab suci. Tuhan pada hakikatnya sedang menuding diri kita ini. Jangan sampai terlambat untuk menyadari kesalahan diri kita dan masukilah senantiasa kesadaran ruh kita. Jangan sampai ketika air laut kematian merangsek ke sungsum dan sel sel darah, dan nyawa kita tinggal sejumput kita baru terbangun…. lah kemana saja kita selama ini, ohoi … Firaun abad 21?

Saat nanti kita sekarat akan meninggal dunia disanalah kita kemudian baru memasuki wilayah kesadaran ruh. Oh….. betapa sia-sia hidupku selama ini…..aku telah mempertuhankan diriku yang palsu…. tidak mempertuhankan DIRIKU YANG SEJATI…Kesadaran sejati yang selama ini tertimbun di dalam diri dan tidak pernah kubangunkan. Sungguh celaka dan sia-sia…. Ampun Gusti….Aku telah menyembah berhala yang tidak lain diriku sendiri, nafsu-nafsuku, keinginan-keinginanku, isteri dan anakku, harta bendaku, syahwatku, kesenangan-kesenanganku, kehormatanku, kemuliaanku, pangkat derajatku…. Wahai Tuhan Kami, kini kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia agar dapat beramal sholeh.. kini kami telah menjadi orang-orang yang yakin…. dan Tuhan bersabda: Telah Kami singkap tirai yang menutupimu, kini pengelihatanmu amat tajam!

Kita sampai pada pemahaman bahwa cahaya itu sesungguhnya tidak hanya bersifat fisik namun sumber cahaya itu justeru hal yang bersifat metafisik. Al Qur’an sebagai cahaya, tentu saja memiliki dimensi metafisik. Bukan hanya buku yang bisa dibakar dan aus, namun memiliki ruh yaitu Al Quran yang bersifat metafisik berupa hakikat pergelaran alam semesta ini. Kalau kita menyebut pergelaran alam semesta… maka jangan hanya diartikan bumi dan langit saja. Itu semua hakikatnya justeru merupakan JAGAD CILIK (Mikrokosmos) sementara pergelaran alam semesta yang hakiki adalah DIRI SEJATI yang merupakan JAGAD GEDE (makrokosmos). Itulah Al Qur’an hidup yang harus kita jelajahi kedalaman semestanya. Kenapa manusia makrokosmos? Sebab yang menentukan besar kecilnya alam semesta bukan alam semesta itu sendiri, melainkan diri kita. Ya Akal kita, Ya Ruh kita. Bukankah kita yang membuat meteran, penggaris, penentu dan pencipta ukuran bagi segala sesuatu? Jadi yang menentukan besar kecilnya “Tuhan” ya anggapan diri kita masing-masing. Cantik mana Luna Maya dengan Cut Tari? Tentu saja tergantung persepsi. Bagi Ariel Peterpan mungkin cantik Luna Maya, namun bagi saya mungkin lebih cantik Cut Tari. Besar mana “Tuhanmu” dengan “Tuhanku?” Tentu saja tergantung pada penghayatan masing-masing orang.

Susunan, sifat, asma/nama dan perbuatan Tuhan (pada diri-NYA sendiri) tetap tidak mampu diketahui kecuali mereka yang sudah mendapat petunjuk atau hidayah dan bagi kebanyakan orang awam benar-benar menjadi misteri sampai kapanpun. Kita hanya bisa melihat FENOMENA-NYA. Sementara NOUMENA-nya jelas tidak bisa kita ketahui. Kita hanya bisa melihat aksidensia-NYA, sementara SUBSTANSI/ESENSI-NYA wallahu a’lam. Kita hanya bisa melihat Miss Universe dari jauh, melihatnya dari luar.. warna kulitnya, bajunya, rambutnya, bibirnya… sementara wujud aslinya apakah seperti itu? Ya silahkan dikira-kira sendiri.

Itu sebabnya, kita tidak boleh sedkitpun mengaku dan merasa tahu tentang diri-NYA. Yang merasa kita tahu tentangnya, 99 asma-NYA yang kita kenal selama ini sebenarnya hanyalah seperti peta penunjuk jalan agar kita tidak tersesat. MAP IS NOT THE TERRITORY: Peta tentu beda dengan wilayah yang sesungguhnya. Apalagi tentang Allah SWT??? Apalagi bahasa dan akal kita sangat terbatas. Dimana batasnya bahasa dan akal? Disinilah batasnya. Yaitu tidak mampu menggapai Susunan, sifat, asma/nama dan perbuatan Tuhan (pada diri-NYA sendiri). Mereka yang awam adalah mereka yang masih belum tersingkap pemahamannya akan alam hakikat. Dia tidak bisa lepas dari alamul hiss was-syahadah… alam kasat mata dan belum mampu memasuki pintu alam malakut yaitu pintu alam yang bisa dimasuki oleh mata batiniah. Mata batin mendapatkan cahaya yaitu RUH Al QUR’AN dan PETUNJUK-NYA yang diturunkan dalam hidup kita sehari-hari, detik ini, disini…

Ketersingkapan pintu alam malakut secara sempurna sungguh mempesonakan hati. Sebuah alam penuh keajaiban dimana kita merasa tidak bisa tidak kecuali HARUS MENGUCAPKAN TERIMA KASIH, sujud sukur tanpa pernah berhenti untuk bertasbih memuji-NYA. Betapa aneh diri kita ini, kok bisa-bisanya tiba-tiba ada di dunia ini. Opo tumon??? Siapa yang menciptakan aku??? Apakah ini perbuatan yang disengaja atau iseng? Pasti disengaja. Bukan iseng. Padahal aku mengisi hidupku dengan iseng, menghabiskan waktuku untuk main domino, mencolek gadis-gadis bahenol di lokalisasi, dan bergaul dengan para preman? Betapa hinanya diriku yang setelah menyadari hal ini kemudian melanjutkan hidup di alam-alam rendah yang sesat… pantas aku lebih sesat dari hewan yang tidak bisa terbang ke alam malakut. Aku tuli dan buta dari sapaan mesra kekasih….

“MEREKA SEPERTI BINATANG, BAHKAN MEREKA LEBIH SESAT LAGI. MEREKALAH ORANG-ORANG YANG LALAI” (QS 7: 179)

Siapa yang telah terbuka pintu alam malakut? Dialah berhak menyandang gelar menjadi hamba Allah SWT. Yaitu mereka yang menghamba kepada-NYA. Bukan kepada yang lain. Mereka ini kemudian menjadi bagian dari alam malakut itu sendiri, dimana kesadaran kosmik-nya telah berubah total, final dan eternal. Indera dan khayalnya, imajinasinya, bukan menjadi bumi tempat tinggalnya lagi, termasuk langit (samaawaat…) serta segala yang terjauh dan ter-ada yang pernah dipikirkannya.

Setiap hari baginya merupakan sebuah pendakian atau Mi’raj. Hidupnya ya suluk itu sendiri. Senantiasa menghampiri hadirat Yang Maha Pecinta bahkan selalu menempel pada Hadhrat Al Quds (Hadirat Kesucian Allah SWT) dimana semua kunci gaib digenggamannya. Yaitu hanya dari sisi-NYA jua semua penyebab adanya maujudat di alam syahadah ini diturunkan dengan perkenaan-NYA. Sebab alam syahadah adalah akibat dari alam malakut yang merupakan sebab. Kalau sekarang ini banyak banjir, tanah longsor, kereta api terbakar, kemacetan di mana-mana, dan keruwetan-keruwetan hidup.. maka itulah akibat dari sebab utama yaitu alam batin kita semua yang kisruh, ruwet dan amburadul!

TALI SIMPUL
Nur artinya cahaya. Muhammad artinya kualitas diri yang terpuji. Muhammad sebagai sosok pribadi telah kembali ke sisi-NYA, namun sebagai kualitas diri maka ia akan tetap hadir pada diri-diri yang mampu menunjukkan derajatnya sebagai Pelita yang Menerangi (SIRAJ MUNIR) sepanjang jaman. Nur Muhammad ada sebelum alam semesta ini ada, sebab cahaya yang mampu menerangi dan meng-ada-kan alam semesta ini ya KEHENDAK, dan KEHENDAK AWAL PENCIPTAAN alam semesta ini adalah KEHENDAK BAIK. Nur Muhammad nanti juga akan mengakhiri pergelaran dan penggulungan alam semesta dengan makna hakikat yang sama. Dan setelah itu, dunia ini diisi dengan cahaya dari semua nabi yang juga merupakan cahaya sepanjang masa, termasuk diri anda, diri saya, diri kita semua. Semua punya satu keping mosaik kebenaran yang harus dikumpulkan agar kebenaran itu menyatu sempurna. Salam paseduluran….@WONGALUS,2010

@@@

Categories: >>PERPUSTAKAAN UTAMA | 289 Komentar

TAREKAT IMAM AL-GHAZALI


Disarikan dari Kitab Ihya Ulumiddin
Oleh Juru Angon

Imam al-Ghazali mengatakan bahwa: “Jalan tasawuf bisa ditempuh dengan cara; melakukan mujahadah atau menghilangkan sifat-sifat tercela, memutuskan semua keterkaitan dengan sifat-sifat tercela tersebut dan menggantungkan harapannya dengan sepenuh hati kepada Allah Swt. Jika ia berhasil melakukan semua itu, maka Allah Swt akan “menguasai” hatinya dan menyinarinya dengan cahaya ilmu-Nya. Jika Allah Swt yang menjadi “penguasa” hati seorang hamba, maka ia akan selalu diliputi oleh rahmat-Nya. Allah Swt akan menerbitkan cahaya dalam hatinya, melapangkan dadanya dan membukakan kepadanya rahasia malakut, cakrawala Tuhan.
Allah Swt akan menghilangkan hijab yang menutupi hatinya dengan kelembutan rahmat-Nya, sehingga dalam hatinya bersinar hakikat Ilahiyah. Manusia hanya diharuskan untuk mempersiapkan diri saja dengan mensucikan hati dan mengencangkan cita-citanya disertai keinginan yang benar, tekad yang bulat dan penuh harap menanti Allah Swt membukakan rahmat-Nya kepadanya. Para nabi dan wali-Nya telah mengalami semua itu. Hati mereka dipenuhi dengan cahaya ilmu, bukan lantaran mereka belajar atau menulis buku, tetapi karena ke-zuhud-an mereka terhadap dunia. Mereka mampu membebaskan diri dari segala hal yang berhubungan dengan keduniawian dan mengosongkan hatinya dari hiruk pikuk dunia serta mampu mengantungkan harapannya semata-mata kepada Allah Swt. Barang siapa yang (menyerahkan dirinya) untuk Allah Swt, maka Allah Swt akan bersamanya.
Banyak orang yang berpendapat bahwa jalan (tarekat) tasawuf yang dimaksud adalah; Pertama, dengan memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan keduniawian, mengosongkan hati dari hiruk pikuk duniawi dan memutuskan pikirannya dari isteri, anak, harta, kampung halaman, ilmu, kedudukan dan pangakt. Ia harus berusaha agar hatinya mampu menganggap keberadaan semua itu sama dengan ketiadaannya. Kemudian, ia menyepikan diri dalam sebuah zawiyah (tempat yang bisa digunakan kaum sufi untuk ber-khalwat). Di tempat itu, ia cukup melakukan shalat wajib dan sunah rawatib saja. Kemudian, ia duduk dengan hati dan pikiran penuh konsentrasi. Konsentrasi pikiran dan hatinya jangan dipecahkan dengan membaca al-Qur’an, merenungkan makna atau tafsirnya, atau dengan sesuatu apapun yang membuat konsentrasinya buyar. Usahakan agar jangan ada yang terbersit dalam hatinya kecuali Allah Swt.
Di saat duduk – dalam khalwat-nya – bibirnya tidak henti-hentinya mengucapkan lafal “Allah, Allah, Allah” disertai dengan ke-hudlur-an hati. Hal itu terus dilakukan sampai bibirnya tidak perlu digerakkan lagi karena seolah-olah lafal “Allah” telah mengalir begitu saja dalam bibirnya. Teruslah bertahan, sampai akhirnya hanya hatinya saja yang terus disibukkan dengan dzikir. Setelah itu, upayakan agar hatinya mampu menghilangkan gambaran dan huruf-huruf pembentuk lafal “Allah”.
Yang ada dalam hatinya sekarang adalah makna substantif dari lafal “Allah” tersebut, seolah-olah telah melekat dan menyatu dalam hatinya. Ia harus berusaha untuk mencapai keadaan (tahap) ini dan mempertahankannya terus menerus dengan menghilangkan segala was-was yang ada. Ia tidak perlu berusaha “mamaksa” rahmat Allah Swt datang kepadanya, bahkan, jika ia telah mampu mencapai tahap ini, dengan sendirinya ia telah siap menerima “hembusan” rahmat-Nya. Ia hanya perlu menunggu saatnya rahmat Allah Swt dilimpahkan kepadanya sebagaimana Allah Swt telah berikan kepada para nabi dan wali-Nya, karena mereka juga menempuh jalan (tarekat) seperti ini.
Oleh karena itu, jika ia telah memurnikan dan meluruskan keinginannya, melaksanakan semua yang dipaparkan di atas dengan baik, tidak terpengaruh lagi oleh keinginan syhawatnya, serta tidak lagi tergoda untuk memikirkan semua yang ada kaitannya dengan urusan duniawi, maka cahaya Allah Swt akan bersinar dalam hatinya.
Pada awalnya, cahaya itu datang hanya sekejap bagaikan kilat yang menyambar, kemudian lenyap, lalu kembali lagi dan kadang juga berakhir. Jika cahaya tadi datang kembali, maka kadang menetap dan kadang juga berkelebat saja. Jika cahaya atau sinar tadi menetap, kadang bertahan lama dan kadang hanya sebentar. Seringkali juga diikuti berturut-turut dengan cahaya-cahaya yang lain dan kadang juga hanya satu jenis cahaya saja. Kedudukan para wali Allah Swt dalam hal ini berbeda-beda dan tidak terbatas sebagaimana halnya dengan perbedaan tingkatan akhlaq mereka. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa jalan (tarekat) di atas tidak lain adalah penyucian diri dan hati dari segala yang ada di sekitarnya dan bersiap diri serta menunggu apa yang akan diberikan Allah Swt kepadanya. Itu saja.
Mereka yang berpandangan luas dan berpikiran jernih, tidak akan mengingkari adanya jalan atau metode ini dan kemungkinan tercapainya tujuan yang dikehendaki, karena semua itu adalah metode yang ditempuh oleh para nabi dan auliya. Namun demikian, ada di antara mereka yang menganggap jalan ini terlalu sukar untuk ditempuh, karena bagi mereka, menghilangkan semua rintangan yang menghalagi jalan ini sangat sulit untuk dilakukan. @@@

Categories: >>PERPUSTAKAAN UTAMA | 45 Komentar

MEMASUKI ALAM RASA


risang mukti
risang.mukti@gmail.com

Assalamu alaikum.Kepada wongalus dan semua pembaca yang saya hormati. Menjawab email salah satu pembaca yang mengirim email kepada saya tentang kurang pahamnya yang dia alami maka saya menulis posting ini agar pembaca yg lain juga bertambah wawasan.Tapi maaf artikel ini jangan dipandang dari segi ilmu tasawuf tapi kita pandang dari segi ilmu hikmah atau ilmu pengetahuan.Walaupun ada beberapa point yg saya kutipkan dari khasanah tasawuf.Dalam tradisi jawa mempelajari ilmu metafisik itu ada 3 tahapan yaitu:

ILMU KANURAGAN yaitu ilmu yang mempelajari tentang tehnik melindungi diri termasuk ilmu kebal. ILMU KADIGDAYAAN yaitu ilmu yang mempelajari lebih dari sekedar ilmu bela diri tapi sudah merambah ke ilmu penyembuhan ilmu menarik rejeki ilmu pengasihan dll. ILMU KESEMPURNAAN yaitu ilmu yg khusus mempelajari tentang cara menghadap dan kembali kepada illahi. Dalam khasanah jawa ilmu kesempurnaan inilah puncak dr ilmu karena sesakti apapun orang itu bila berhadapan dg orang yg memiliki ilmu kesempurnaan kesaktianya akan tawar,khodamnya akan kabur. Ilmu kanuragan menggali sumber ilmunya dengan mengolah potensi raga atau fisik walau fisik kadang juga memancarkan energi metafisik. Ilmu kadigdayan menggali sumbernya dengan olah cipta.Konsentrasi,visualisasi dll.Ilmu kesempurnaan menggali sumbernya dengan olah rasa.Tapi bukan rasa manis asin pahit sedih dll.Maka ilmu ini sering juga disebut ilmu olah rasa agar manusia bisa merasa tapi tidak merasa bisa.

Bagaimanapun sebenarnya ilmu ini sulit dijelaskan dengan bahasa. Kecuali orang yang menginginkan terjun langsung dan mengalami. Maka tak ayal berbagai uraian dari guru atau wacana lain sulit dipahami.Bukan berarti guru
itu berbelit2 tp dia mau mengungkapkan dg bahasa sulit. BAGAIMANA MENJELASKAN RASA PEDAS KEPADA ORANG YANG BELUM PERNAH MAKAN PEDAS.Paling bisanya cuma mengira2.Ilmu ini tidak ada puncaknya.Puncaknya adalah samudra tak bertepi,telapak kaki burung yg melayang.Dalam mendalami ilmu ini akan dibawa kedalam keadaan batiniah dan rasa yg berubah2.

Hari ini rasanya ini yg anda temui ini tp besok anda praktekan mengharap ketemu seperti sebelumnya tidak bisa. Dengan memperdalam ilmu ini memungkinkan orang mendapatkan ilham berupa ilmu yg belum diketahui manusia.Tp saya tdk menyebutnya ilmu laduni.Seandainya ada diantara saudara ada yg pernah ditemui nabiyulloh khidir as.Dan anda pernah diajari ilmu oleh beliau berarti ilmu itu sebelumnya pernah dikuasai oleh nabiyulloh khidir anda hanya berguru.Tapi ilham orang yang gemar mengolah rasa kalau memang berupa ilmu baik yg berupa metafisik atau non metafisik pasti ilmu tersebut belum pernah ada yg mengetahuinya.Puncak ilmu adalah ilmu selamat. Menurut berbagai sumber yang saya dapatkan ilmu selamat bukan berupa bacaan atau mantra.

Ilmu selamat adalah pemahaman orang jawa asli sebelum mereka mengenal surga dan neraka.Mereka memahami dan berusaha agar selamat dari berbagai malapetaka baik malapetaka fisik maupun malapetaka hati dan rasa.Ilmu selamat juga bersumber dari ilmu olah rasa dan diterapkan dalam kehidupan bukan hanya diterapkan dlm bentuk ritual saja.Dengan ilmu selamat para leluhur jawa berusaha agar hidupnya selamat didunia dan hidup dlm alam abadi. Dengan ilmu selamat mereka mampu melakukan SELAMAT TINGGAL DUNIA ATAU MATI SAK JERONING URIP.Bagi para sedulur yang lain silahkan dilengkapi uraian saya ini agar saudara yg sedang mendalami olah rasa semakin paham. Jangan dilemahkan semangat dia dalam pencarian.Mungkin dia sebenarnya ingin berguru mungkin karena situasi entah ekonomi atau harus berguru kemana dia bingung semoga uraian saya dan uraian saudara yg lain bisa menjadikan kefahaman dia.Insya alloh bersambung tentang pemahaman saya ttng hal ini juga akan saya ulas tentang belajar tanpa guru syetanlah pembimbingnya.BERSAMBUNG…. @@@

Categories: >>PERPUSTAKAAN UTAMA | 60 Komentar

SHOLAWAT SAYYID AHMAD BIN IDRIS AL MAGHROBI


arhom erwin rachman tayib
arhom_ert@hotmail.com

Assalamualaikum ww kpd KWA mania saya coba berbagi bacaan, tawasul bebas ditambah sesuai nama solawatnya, didawamkan secara rutin, moga bermanfaat. Nuwun.

SHOLAWAT SAYYID AHMAD BIN IDRIS AL MAGHROBI:
ALLAHUMMA INNI AS ALUKA BI NUURI WAJHILLAHIL ADHIIM,ALLADZI MALAA ARKAANA ARSYILLAHIL ADHIM,WAQOOMAT BIHI AWAALIMULLOHIL ADHIM,ANTUSHOLLIYA ALA MAWLAANAA MUHAMMADIN DZIL QODRIL ADHIM,WA ALA ALI NABIYILLAHIL ADHIM,BI QODRI ADHOMATI DZATILLAHIL ADHIM,FII KULLI LAMKHATIW WA NAFASIN ADADA MA FI ILMILLAHIL ADHIM,TA’DHIIMAL LI KHAQQIKA YAA MAWLAANAA YAA MUHAMMAD YAA AHMAD YAA ABAL QOSIM,YAA DZAL KHULUQIL ADHIM,WA SALLIM ALAYHI WA ALA AALIHI MITSLA DZALIKA,WAJMA’BAYNII WA BAYNAHUU KAMAA JAMA’TA BAYNAR RUUKHI WAN NAFSI,DHOHIROW WA BAATHINA,YA QODHOTAW WA MANAAMAN,WAJ ALHU YA ROBBI RUUKHAN LIDZAATII MIN JAMI’IL WUJUWHI FIID DUN YAA QOBLAL AAKHIROTI,(yaa adhim3x). @@@

Categories: >>PERPUSTAKAAN UTAMA | 29 Komentar

KAWAH CANDHRA DIMUKA SURAH AL FATEHAH


sigit kurniawan
denjati@yahoo.co.id

Assalamualaikum wrwbkt.. Salam hormat bwt ki alus, para sesepuh dan sedulur kwa, ijinkan kami yg fakir ilmu ini tuk berbagi sedikit pengetahuan. Kenapa judul ini kami namakan kawah candhra dimuka /pendidikan Dasar (dalam pengertian kami) surah al fatehah, karna surat ini menjadi awal, dasar, tiang, benteng dan pondasi bagi kita yg terjun kedalam dunia spiritual menuju ridho illahi…

Tata laku :
1. Niat/ikhlas
2. Shalat hajat (lebih bagus dimulai pd malam hari)
3. Amalkan surah al fatehah sebanyak 41 x selama 41 hari tanpa putus (kalo putus 1 hr saja harus diulang dr awal lagi)
4. Selesai laku amalan adakan tawasulan

Manfaat :
– Sebagai awal, dasar, tiang, benteng dan pondasi bagi si pengamal
– Sebagai pembuka hijab/rahasia qolbu
– Sebagai pengantar/mendatangkan guru gaib
– Sebagai ilmu puter giling
– Dan lain lain, banyak yg tdk dpt kami sbutkan satu persatu

Demikian sedikit pengetahuan yg bs kami babarkan, mohon maaf atas sgala kekhilafan/kekurang pengetahuan kami. Semoga dapat bermanfaat di duniat dan akhirat kelak… Amin. @@@

Categories: >>PERPUSTAKAAN UTAMA | 87 Komentar

HIZIB AL JAYLANI


by.ki satya
ustad_satya.jendra@yahoo.co.id

hizib al jaylani …
-bacalah surat
Al-fatihah untk;
a.nabi muhammad 1x
b.syekh muhyiddin
abdul qodir
al jaylani 1x
c.kpada guru saya
syekh mahfuzh
sya’roni 1x
-lalu baca hizib
dbwah ini;
“BISSMILLAHIRROHMAANIRROHIM.ROBBI INNII MAGHLUUBUN FANTASHIR.WAJBUR QALBIL MUNKASIR.WAJMA’ SYAMLIL MUNDATSIR.INNAKA ANTAR RAHMAANUL MUQTADIR.IKFINII YAA KAAFII WA ANAL ‘ABDUL MUFTAQIR.WAKAFAA BILLAAHI WALIYYAN WA KAFAA BILLAAHI NASHIIROO.INNASY SYIRKALAZHULUMUN ‘AZHIIM.WAMALLAAHU YURIIDU ZHULMALIL’IBAAD.FAQUTHI’A DAABIRUL QAWMILLADZIINA ZHALAMUU WAL HAMDU LILLAHI ROBBIL ‘AALAMIIN.”

bagi yang mengamalkan amalan di atas,insya allah di samping akan di beri anugerah kesaktian ia juga akan mendapat ketentraman,dipersatukan kelompoknya dan di penuhi kebutuhanya oleh Allah. @@@

Categories: >>PERPUSTAKAAN UTAMA | 43 Komentar